StatusAceh.Net - "Apa kalian orang Islam dan Arab?," tanya tentara Israel di pos jaga menuju pintu masuk kompleks al-Aqsa.
“Kami orang Islam asal Indonesia, ada masalah?," aku balik bertanya.
Empat orang tentara Israel bersenjata laras panjang lengkap itu serasa puas interogasi singkat sambil menertawakan sebelum memperbolehkan kami sekeluarga masuk ke gerbang al-Aqsa.
Para tentara ini ditempatkan di pos penjagaan yang ada di setiap pintu masuk kompleks al-Aqsa.
Al-Aqsa merupakan kompleks tanah dan bangunan seluas 14 hektare di bawah administrasi otoritas wakaf Pemerintah Yordania yang terdiri atas Masjid Kubah Batu (Qubbah As-Sakhrah), Masjid al-Qibli (al-Aqsa), Mushalla al-Marwani, Kubah al-Miraj, Kubah as-Sislisah, Kubah An-Nabi, tempat wudhu al-Kas dan bangunan lainnya. Yang paling utama, tentunya dua nama di awal.
Sedangkan yang dinamakan pintu masuk gerbang al-Aqsa adalah lapisan kedua dari gerbang kota lama Yerusalem sepanjang empat kilometer dengan tinggi sekitar dua belas meter.
Pada awalnya, terdapat sebelas gerbang masuk ke kota ini, namun sekarang yang terbuka hanya tujuh yaitu Jaffa gate, Damascus gate, St. Stephen’s Gate, Dung gate, New gate, Zion Gate, dan Herod’s Gate.
Kami memasuki awal dari pintu gerbang Herodes.
Dua gerbang lainnya yang merupakan pintu yang langsung menuju Masjid al-Aqsa yaitu Golden gate dan Hulda gate ditutup dan diblokir saat kami ziarah di tahun 2017.
Tak kurang dari sepuluh meter melangkah, muncul lagi pertanyaan, kali ini dengan senyum penuh rasa ingin tahu yang apa adanya.
“Anda dari mana?,” begitu pertanyaan Ahmad, bocah Palestina yang kutemui setelah pintu masuk di kompleks Masjid al-Aqsa. "Dari Indonesia," jawabku.
Pertanyaan ini terlontar dari seorang bocah Palestina yang berumur sekitar 10 tahun, sedang bermain bersama enam bocah lainnya di sekitar kompleks al-Aqsa.
Mereka nampak ingin tahu kok ada orang yang wajahnya asing dan asal Indonesia pula, negeri nun jauh di sana, yang datang ke tanah mereka.
Mereka lebih ingin tahu lagi untuk bisa ngobrol dengan ketiga anakku. Nampak mereka ingin berkomunikasi dan tertawa lepas melihat ketiga anakku yang tidak lepas dari bundanya.
“Udah main sana, kenalan sama teman baru kalian,” ku bujuk ketiga anakku untuk kenalan dan bermain dengan mereka.
Duduk di antara pohon zaitun dan pinus yang rindang, kami melihat anak-anak bermain dengan setengah kikuk dan setengah senang, meski saling tidak mengerti bahasa di antara mereka.
Haru biru menyelimuti perasaan kami meihat riangnya mereka bermain lepas di tengah belenggu penjajah yang merebut kemerdekaan mereka.
“Kami orang Islam asal Indonesia, ada masalah?," aku balik bertanya.
Empat orang tentara Israel bersenjata laras panjang lengkap itu serasa puas interogasi singkat sambil menertawakan sebelum memperbolehkan kami sekeluarga masuk ke gerbang al-Aqsa.
Para tentara ini ditempatkan di pos penjagaan yang ada di setiap pintu masuk kompleks al-Aqsa.
Al-Aqsa merupakan kompleks tanah dan bangunan seluas 14 hektare di bawah administrasi otoritas wakaf Pemerintah Yordania yang terdiri atas Masjid Kubah Batu (Qubbah As-Sakhrah), Masjid al-Qibli (al-Aqsa), Mushalla al-Marwani, Kubah al-Miraj, Kubah as-Sislisah, Kubah An-Nabi, tempat wudhu al-Kas dan bangunan lainnya. Yang paling utama, tentunya dua nama di awal.
Sedangkan yang dinamakan pintu masuk gerbang al-Aqsa adalah lapisan kedua dari gerbang kota lama Yerusalem sepanjang empat kilometer dengan tinggi sekitar dua belas meter.
Pada awalnya, terdapat sebelas gerbang masuk ke kota ini, namun sekarang yang terbuka hanya tujuh yaitu Jaffa gate, Damascus gate, St. Stephen’s Gate, Dung gate, New gate, Zion Gate, dan Herod’s Gate.
Kami memasuki awal dari pintu gerbang Herodes.
Dua gerbang lainnya yang merupakan pintu yang langsung menuju Masjid al-Aqsa yaitu Golden gate dan Hulda gate ditutup dan diblokir saat kami ziarah di tahun 2017.
Tak kurang dari sepuluh meter melangkah, muncul lagi pertanyaan, kali ini dengan senyum penuh rasa ingin tahu yang apa adanya.
“Anda dari mana?,” begitu pertanyaan Ahmad, bocah Palestina yang kutemui setelah pintu masuk di kompleks Masjid al-Aqsa. "Dari Indonesia," jawabku.
Pertanyaan ini terlontar dari seorang bocah Palestina yang berumur sekitar 10 tahun, sedang bermain bersama enam bocah lainnya di sekitar kompleks al-Aqsa.
Mereka nampak ingin tahu kok ada orang yang wajahnya asing dan asal Indonesia pula, negeri nun jauh di sana, yang datang ke tanah mereka.
Mereka lebih ingin tahu lagi untuk bisa ngobrol dengan ketiga anakku. Nampak mereka ingin berkomunikasi dan tertawa lepas melihat ketiga anakku yang tidak lepas dari bundanya.
“Udah main sana, kenalan sama teman baru kalian,” ku bujuk ketiga anakku untuk kenalan dan bermain dengan mereka.
Duduk di antara pohon zaitun dan pinus yang rindang, kami melihat anak-anak bermain dengan setengah kikuk dan setengah senang, meski saling tidak mengerti bahasa di antara mereka.
Haru biru menyelimuti perasaan kami meihat riangnya mereka bermain lepas di tengah belenggu penjajah yang merebut kemerdekaan mereka.
loading...
Post a Comment