Banda Aceh - Puluhan wartawan di Banda Aceh dari lintas organisasi dan media menggelar doa bersama untuk para sahabat yang meninggal saat bencana tsunami Aceh pada 13 tahun lalu. Doa berlangsung di Taman Putroe Phang, Banda Aceh, Senin malam, 25 Desember 2017.
Panitia acara, Yayan, mengatakan ada 22 wartawan Aceh yang meninggal saat tsunami terjadi. Sebagian dari mereka bahkan sedang menjalankan tugas jurnalistik.
"Kami berkumpul malam ini untuk mengirim doa kepada sahabat kami. Semangat mereka selalu kami ingat," ucapnya.
Jurnalis yang meninggal di antaranya Muharram, Nazamuddin Umar, Muhammad Rokan, Erwiyan Safri, Ridwan Ishak, Erismawati, Sayed Alwi, Aswin Choki, Taufan Nugraha, dan Safwan.
Ustad Akmal Abzal yang memimpin tausiyah menuturkan profesi jurnalis adalah mulia. "Bayangkan, saat tsunami terjadi, tanpa wartawan yang menulis, memotret, merekam, dan memberitakan, pasti Aceh sangat lama pulih," ujarnya.
Baca juga: BNPB: Seluruh Alat Pendeteksi Tsunami di Indonesia Rusak
Menurut dia, jurnalis Aceh juga telah berjasa dalam memberitakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-tsunami. "Kerja-kerja jurnalis telah menggalang solidaritas semua pihak di seluruh dunia untuk membantu Aceh," kata Ustad Akmal.
"Semoga doa kita untuk para sahabat yang meninggal diterima oleh Allah SWT."
Tsunami yang terjadi pada Minggu pagi, 26 Desember 2004, menyebabkan lebih dari 200 ribu orang meninggal. Selain itu, ratusan ribu lain sempat kehilangan tempat tinggal dan hidup di tempat pengungsian.| Tempo
Panitia acara, Yayan, mengatakan ada 22 wartawan Aceh yang meninggal saat tsunami terjadi. Sebagian dari mereka bahkan sedang menjalankan tugas jurnalistik.
"Kami berkumpul malam ini untuk mengirim doa kepada sahabat kami. Semangat mereka selalu kami ingat," ucapnya.
Jurnalis yang meninggal di antaranya Muharram, Nazamuddin Umar, Muhammad Rokan, Erwiyan Safri, Ridwan Ishak, Erismawati, Sayed Alwi, Aswin Choki, Taufan Nugraha, dan Safwan.
Ustad Akmal Abzal yang memimpin tausiyah menuturkan profesi jurnalis adalah mulia. "Bayangkan, saat tsunami terjadi, tanpa wartawan yang menulis, memotret, merekam, dan memberitakan, pasti Aceh sangat lama pulih," ujarnya.
Baca juga: BNPB: Seluruh Alat Pendeteksi Tsunami di Indonesia Rusak
Menurut dia, jurnalis Aceh juga telah berjasa dalam memberitakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-tsunami. "Kerja-kerja jurnalis telah menggalang solidaritas semua pihak di seluruh dunia untuk membantu Aceh," kata Ustad Akmal.
"Semoga doa kita untuk para sahabat yang meninggal diterima oleh Allah SWT."
Tsunami yang terjadi pada Minggu pagi, 26 Desember 2004, menyebabkan lebih dari 200 ribu orang meninggal. Selain itu, ratusan ribu lain sempat kehilangan tempat tinggal dan hidup di tempat pengungsian.| Tempo
loading...
Post a Comment