Lhokseumawe - Diduga lantaran alasan untuk mencegah terjadinya pelarian, akhirnya tiga napi miskin yang kambuh penyakitnya terpaksa dirawat inap di rumah sakit dengan kondisi kaki dirantai pada ranjang tidur.
Ketiga napi yang membutuhkan pertolongan medis secara intensif, terkesan diperlakukan secara tidak manusiawi yang dikawal satu petugas dibantu seorang sipil Lapas Kelas II A Kota Lhokseumawe.
Masing-masing, Mursidah, di Kamar II Ruang Cut Mutia Rs Kesrem, Saiful dan Aseng dirawat inap di ruang marhamah RS PMI Jalan Samudera Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
Pantauan Reporter dilapangan, sekira pukul 16.30 Wib kemarin, ternyata ketiga napi kasus narkoba itu sudah hampir satu pekan dirawat inap dengan kondisi kaki dirantai pada ranjangan tidur.
Ironisnya, saat menjenguk napi sakit itu, Reporter tidak menjumpai adanya petugas lapas yang memberi pengawalan agar tidak berupaya kabur. Akan tetapi justru dilokasi hanya ada satu sipil dengan tampilan rambut gondrong yang diminta untuk membantu petugas menjaga ketiga napi tersebut.
Sipil penjaga napi itu mengaku dirinya kerap dipanggil petugas dengan sebutan Inoi. Dikatakan, dirinya sudah menjaga ketiga napi yang dirawat secara terpisah di RS PMI dan RS Kesrem.
Inoi mengaku dirinya hanya menjalankan perintah petugas sesuai prosedural yaitu harus mengikat kaki napi dengan rantai besi untuk mencegah upaya melarikan diri selama dirawat inap.
“ Apa ada salah kalau saya ikat napi dengan rantai. Tujuannya biar tidak mencoba kabur. Saya memang bukan petugas Lapas. Tapi saya orang dalam yang diminta oleh petugas lapas untuk menjaga ketiga napi,” tuturnya polos.
Sementara itu, sejumlah petugas medis rumah sakit Kesrem dan rumah sakit PMI menerangka, pihaknya juga sempat kaget untuk pertama kalinya melihat napi yang sakit diikat dengan rantai besi.
Padahal selama ini jauh hari sebelumnya, juga napi sakit kerap dirawat inap dirumah sakit tapi tidak melihat perlakuan buruk sampai harus dirantai dengan besi.
Bahkan selama dirawat, petugas lapas tampak akrab dengan keluarga napi dan memperlakukan mereka secara manusiawi.
Kondisi berbeda ini menimbulkan tanda tanya besar dari masyarakat yang baru pertama kali mengetahui adanya napi sakit yang diperlakukan secara tidak manusiawi dengan dirantai besi.
“ Saya sudah lama kerja dirumah sakit ini, tapi baru ini yang pertama kali ada napi sakit dirawat dalam kondisi dirantai besi. Padahal sebelumnya ada juga napi lain yang sakit dirawat inap, tapi bedanya tidak dirantai besi dan petugas akrab dengan keluarga napi,” ujar petugas medis yang piket di Rs Kesrem tak mau namanya ditulis.
Sementara itu, Plt. Kalapas Kelas IIA Lhokseumawe Nawawi yang dikonfirmasi Reporter membenarkan pihaknya menjalankan prosedural mengikat empat napi dengan rantai besi selama dirawat dirumah sakit.
Disebutkannya sebanyak empat napi sakit dirawat inap, satu napi di rumah sakit Kesrem dan tiga napi lainnya di Rumah Sakit PMI.
Nawawi mengaku dirinya trauma terhadap kasus kejadian sebelumnya ada beberapa napi yang berhasil melarikan diri pada masa Plt. Kalapas Meurah Budiman yang kini sebagai Kabid Pembinaan Narapidana Kemenkumham RI.
Alasan lainnya adalah lantaran jumlah petugas Lapas Kelas II A Kota Lhokseumawe terbilang masih minim jumlahnya dan sangat kekurangan untuk melakukan pengawalan napi yang dirawat inap.
“ Saya takut kalau napi sakit itu melarikan diri, seperti yang pernah terjadi pada masa pak Meurah, napi bernama Saiful kabur saat dirawat inap di rumah sakit. Jadi kita rantai napi untuk keamanan saja,” jelasnya.
Nawawi juga menjelaskan, meski pun dalam kondisi kaki dirantai besi, namun tetap akan dibuka setiap saat bila diperlukan seperti, ke kamar mandi, diperiksa dokter, mau makan dan lainnya.(SA/ZA)
Ketiga napi yang membutuhkan pertolongan medis secara intensif, terkesan diperlakukan secara tidak manusiawi yang dikawal satu petugas dibantu seorang sipil Lapas Kelas II A Kota Lhokseumawe.
Masing-masing, Mursidah, di Kamar II Ruang Cut Mutia Rs Kesrem, Saiful dan Aseng dirawat inap di ruang marhamah RS PMI Jalan Samudera Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
Pantauan Reporter dilapangan, sekira pukul 16.30 Wib kemarin, ternyata ketiga napi kasus narkoba itu sudah hampir satu pekan dirawat inap dengan kondisi kaki dirantai pada ranjangan tidur.
Ironisnya, saat menjenguk napi sakit itu, Reporter tidak menjumpai adanya petugas lapas yang memberi pengawalan agar tidak berupaya kabur. Akan tetapi justru dilokasi hanya ada satu sipil dengan tampilan rambut gondrong yang diminta untuk membantu petugas menjaga ketiga napi tersebut.
Sipil penjaga napi itu mengaku dirinya kerap dipanggil petugas dengan sebutan Inoi. Dikatakan, dirinya sudah menjaga ketiga napi yang dirawat secara terpisah di RS PMI dan RS Kesrem.
Inoi mengaku dirinya hanya menjalankan perintah petugas sesuai prosedural yaitu harus mengikat kaki napi dengan rantai besi untuk mencegah upaya melarikan diri selama dirawat inap.
“ Apa ada salah kalau saya ikat napi dengan rantai. Tujuannya biar tidak mencoba kabur. Saya memang bukan petugas Lapas. Tapi saya orang dalam yang diminta oleh petugas lapas untuk menjaga ketiga napi,” tuturnya polos.
Sementara itu, sejumlah petugas medis rumah sakit Kesrem dan rumah sakit PMI menerangka, pihaknya juga sempat kaget untuk pertama kalinya melihat napi yang sakit diikat dengan rantai besi.
Padahal selama ini jauh hari sebelumnya, juga napi sakit kerap dirawat inap dirumah sakit tapi tidak melihat perlakuan buruk sampai harus dirantai dengan besi.
Bahkan selama dirawat, petugas lapas tampak akrab dengan keluarga napi dan memperlakukan mereka secara manusiawi.
Kondisi berbeda ini menimbulkan tanda tanya besar dari masyarakat yang baru pertama kali mengetahui adanya napi sakit yang diperlakukan secara tidak manusiawi dengan dirantai besi.
“ Saya sudah lama kerja dirumah sakit ini, tapi baru ini yang pertama kali ada napi sakit dirawat dalam kondisi dirantai besi. Padahal sebelumnya ada juga napi lain yang sakit dirawat inap, tapi bedanya tidak dirantai besi dan petugas akrab dengan keluarga napi,” ujar petugas medis yang piket di Rs Kesrem tak mau namanya ditulis.
Sementara itu, Plt. Kalapas Kelas IIA Lhokseumawe Nawawi yang dikonfirmasi Reporter membenarkan pihaknya menjalankan prosedural mengikat empat napi dengan rantai besi selama dirawat dirumah sakit.
Disebutkannya sebanyak empat napi sakit dirawat inap, satu napi di rumah sakit Kesrem dan tiga napi lainnya di Rumah Sakit PMI.
Nawawi mengaku dirinya trauma terhadap kasus kejadian sebelumnya ada beberapa napi yang berhasil melarikan diri pada masa Plt. Kalapas Meurah Budiman yang kini sebagai Kabid Pembinaan Narapidana Kemenkumham RI.
Alasan lainnya adalah lantaran jumlah petugas Lapas Kelas II A Kota Lhokseumawe terbilang masih minim jumlahnya dan sangat kekurangan untuk melakukan pengawalan napi yang dirawat inap.
“ Saya takut kalau napi sakit itu melarikan diri, seperti yang pernah terjadi pada masa pak Meurah, napi bernama Saiful kabur saat dirawat inap di rumah sakit. Jadi kita rantai napi untuk keamanan saja,” jelasnya.
Nawawi juga menjelaskan, meski pun dalam kondisi kaki dirantai besi, namun tetap akan dibuka setiap saat bila diperlukan seperti, ke kamar mandi, diperiksa dokter, mau makan dan lainnya.(SA/ZA)
loading...
Post a Comment