Banda Aceh -- Gubernur Aceh, dr. H. Zaini Abdullah, mendorong Kota Banda Aceh untuk dapat mengambil manfaat dari keterlibatannya dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Apalagi diketahui begitu banyak peninggalan sejarah yang masih berdiri tegak di Banda Aceh. Karenanya gubernur mendukung sepenuhnya Banda Aceh menjadi salah satu kota warisan dunia.
Banda Aceh, sebagaimana diketahui, adalah kota bersejarah yang sudah dikenal di dunia internasional sejak ratusan tahun silam. "Banda Aceh adalah ibukota kerajaan Aceh Darussalam yang berjaya sebagai kerajaan Islam ternama di Asia tenggara di masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda," ujar gubernur dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekda Aceh, Drs. Dermawan MM, dalam seminar Internasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) ke-V, di AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (20/05).
Peninggalan sejarah tentang Kerajaan Aceh Darussalam masih dapat kita lihat dan kini menjadi salah satu bangunan cagar budaya. Makam-makam raja, benteng peninggalan masa perjuangan sejumlah masjid beserta benda-benda pusaka masih bisa ditemui dengan mudah di Kota Banda Aceh.
Semua peninggalan itu, kata gubernur, membuktikan Banda Aceh adalah kota tua yang memiliki peradaban maju pada masanya. "Tahun ini Kota Banda Aceh telah memasuki usia ke-811, dan tercatat sebagai salah satu kota tertua di Indonesia. Dengan predikat ini, maka sudah sewajarnya jika semua pihak terlibat aktif menjaga warisan budaya yang ada di kota ini agar nilai sejarah itu tetap dikenang sebagai indentitas dan aset bangsa kita."
Merawat dan menjaga cagar budaya di kota-kota pusaka seperti Banda Aceh memang bukan pekerjaan mudah. Selain butuh dana besar dan tenaga ahli yang andal, gerak pertumbuhan ekonomi menghadirkan tantangan tidak kalah hebatnya karena berpotensi menggoda banyak pihak untuk mengabaikan sejarah dan identitas kota.
Gubernur menambahkan, butuh langkah cepat dan tepat untuk merawat, menjaga dan melestarikan berbagai cagar budaya peninggalan masa lalu tersebut. Melalui seminar tersebut gubernur berharap dapat dihasilkan agenda aksi bersama untuk penataan dan pelestarian kota pusaka sehingga cagar budaya yang ada di kota-kota pusaka Indonesia tetap terjaga.
Melalui seminar tersebut, gubernur atas nama kepala Pemerintah Aceh, mengharapkan bisa lahir sebuah rumusan program yang efektif dalam rangka menjadikan anggota JKPI sebagai kota warisan dunia.
"Kami juga berharap seminar ini dapat memberi kontrbusi bagi penguatan program Pemerintah Kota Banda Aceh dalam rangka menjadikan kota ini sebagai kota warisan dunia yang bernuansa Syariat Islam," ujar gubernur.
JKPI didirikan oleh Presiden Joko Widodo saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Jokowi mendorong agar kota-kota yang memiliki cagar budaya yang memiliki peran penting bagi pelestarian sejarah bangsa, membentuk komunitas bersama untuk bisa menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah itu. JKPI pertama kali dideklarasikan di Solo, pada 25 Oktober 2008. Di Aceh, Selain Banda Aceh, Kota Sabang dan Langsa juga tergabung sebagai anggota JKPI.
Sementara Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Saaduddin Jamal, menyebutkan, Banda Aceh tercatat dalam sejarah sebagai pusat peradaban Islam. Kerajaan Aceh Darussalam saat itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda dan menjadi pusat maritim dunia. Kerajaan Aceh saat itu berpusat di Banda Aceh.
Beragam maha karya terdahulu yang bukti kuat daerah ini (Banda Aceh) sebagai negeri yang agung. "Kerajaan Aceh Darussalam dengan pusatnya di Banda Aceh adalah salah satu pusat peradaban Islam di Asia Tenggara," ujar Illiza.
Banyak bukti sejarah yang bisa ditemukan i Banda Aceh. Di gampong Pande misalnya, ada makam para raja dan juga ribuan nisan kuno. Hal itu membuktikan Banda Aceh di masa lalu merupakan kota perdagangan yang cukup padat dengan peradaban yang maju.
Aceh, kata Illiza, dulunya menggunakan koin emas sebagai alat tikar. Kekuatan perekonomian Aceh begitu maju. Dalam berbagai penemuan diketahui bahwa kerajaan Aceh dulunya menggunakan koin dengan takaran 70 persen emas murni, sebuah pusaka Aceh yang bernilai tinggi dalam menjalin hubungan internasional dengan berbagai kerajaan di belahan dunia.
"Indonesia penting, tapi Aceh jauh lebih penting karena punya history lebih dengan turky," kata Illiza seperti diutarakan seorang narasumber dalam sebuah senminar di Turki.
Banyak juga simbol peradaban Islam seperti sebuah masjid yang dibangun oleh pendahulu yaitu Masjid Raya Baiturrahman. "Dengan berbagai peninggalan masa lalu, kita berkeyakinan bisa mengantarkan Banda Aceh sebagai salah satu warisan dunia," ujar Illiza.
Seminar Internasional bertema Kutaraja menuju kota warisan dunia tersebut dihadiri juga oleh Sekjen Dan Dirjen Cipta Karya, para bupati dan wali kota yang tergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Ketua Asosiasi Wali Kota Turki, dan juga Wali Kota Higashi Matsushima Jepang. (Rill)
Banda Aceh, sebagaimana diketahui, adalah kota bersejarah yang sudah dikenal di dunia internasional sejak ratusan tahun silam. "Banda Aceh adalah ibukota kerajaan Aceh Darussalam yang berjaya sebagai kerajaan Islam ternama di Asia tenggara di masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda," ujar gubernur dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekda Aceh, Drs. Dermawan MM, dalam seminar Internasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) ke-V, di AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (20/05).
Peninggalan sejarah tentang Kerajaan Aceh Darussalam masih dapat kita lihat dan kini menjadi salah satu bangunan cagar budaya. Makam-makam raja, benteng peninggalan masa perjuangan sejumlah masjid beserta benda-benda pusaka masih bisa ditemui dengan mudah di Kota Banda Aceh.
Semua peninggalan itu, kata gubernur, membuktikan Banda Aceh adalah kota tua yang memiliki peradaban maju pada masanya. "Tahun ini Kota Banda Aceh telah memasuki usia ke-811, dan tercatat sebagai salah satu kota tertua di Indonesia. Dengan predikat ini, maka sudah sewajarnya jika semua pihak terlibat aktif menjaga warisan budaya yang ada di kota ini agar nilai sejarah itu tetap dikenang sebagai indentitas dan aset bangsa kita."
Merawat dan menjaga cagar budaya di kota-kota pusaka seperti Banda Aceh memang bukan pekerjaan mudah. Selain butuh dana besar dan tenaga ahli yang andal, gerak pertumbuhan ekonomi menghadirkan tantangan tidak kalah hebatnya karena berpotensi menggoda banyak pihak untuk mengabaikan sejarah dan identitas kota.
Gubernur menambahkan, butuh langkah cepat dan tepat untuk merawat, menjaga dan melestarikan berbagai cagar budaya peninggalan masa lalu tersebut. Melalui seminar tersebut gubernur berharap dapat dihasilkan agenda aksi bersama untuk penataan dan pelestarian kota pusaka sehingga cagar budaya yang ada di kota-kota pusaka Indonesia tetap terjaga.
Melalui seminar tersebut, gubernur atas nama kepala Pemerintah Aceh, mengharapkan bisa lahir sebuah rumusan program yang efektif dalam rangka menjadikan anggota JKPI sebagai kota warisan dunia.
"Kami juga berharap seminar ini dapat memberi kontrbusi bagi penguatan program Pemerintah Kota Banda Aceh dalam rangka menjadikan kota ini sebagai kota warisan dunia yang bernuansa Syariat Islam," ujar gubernur.
JKPI didirikan oleh Presiden Joko Widodo saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Jokowi mendorong agar kota-kota yang memiliki cagar budaya yang memiliki peran penting bagi pelestarian sejarah bangsa, membentuk komunitas bersama untuk bisa menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah itu. JKPI pertama kali dideklarasikan di Solo, pada 25 Oktober 2008. Di Aceh, Selain Banda Aceh, Kota Sabang dan Langsa juga tergabung sebagai anggota JKPI.
Sementara Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Saaduddin Jamal, menyebutkan, Banda Aceh tercatat dalam sejarah sebagai pusat peradaban Islam. Kerajaan Aceh Darussalam saat itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda dan menjadi pusat maritim dunia. Kerajaan Aceh saat itu berpusat di Banda Aceh.
Beragam maha karya terdahulu yang bukti kuat daerah ini (Banda Aceh) sebagai negeri yang agung. "Kerajaan Aceh Darussalam dengan pusatnya di Banda Aceh adalah salah satu pusat peradaban Islam di Asia Tenggara," ujar Illiza.
Banyak bukti sejarah yang bisa ditemukan i Banda Aceh. Di gampong Pande misalnya, ada makam para raja dan juga ribuan nisan kuno. Hal itu membuktikan Banda Aceh di masa lalu merupakan kota perdagangan yang cukup padat dengan peradaban yang maju.
Aceh, kata Illiza, dulunya menggunakan koin emas sebagai alat tikar. Kekuatan perekonomian Aceh begitu maju. Dalam berbagai penemuan diketahui bahwa kerajaan Aceh dulunya menggunakan koin dengan takaran 70 persen emas murni, sebuah pusaka Aceh yang bernilai tinggi dalam menjalin hubungan internasional dengan berbagai kerajaan di belahan dunia.
"Indonesia penting, tapi Aceh jauh lebih penting karena punya history lebih dengan turky," kata Illiza seperti diutarakan seorang narasumber dalam sebuah senminar di Turki.
Banyak juga simbol peradaban Islam seperti sebuah masjid yang dibangun oleh pendahulu yaitu Masjid Raya Baiturrahman. "Dengan berbagai peninggalan masa lalu, kita berkeyakinan bisa mengantarkan Banda Aceh sebagai salah satu warisan dunia," ujar Illiza.
Seminar Internasional bertema Kutaraja menuju kota warisan dunia tersebut dihadiri juga oleh Sekjen Dan Dirjen Cipta Karya, para bupati dan wali kota yang tergabung dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Ketua Asosiasi Wali Kota Turki, dan juga Wali Kota Higashi Matsushima Jepang. (Rill)
loading...
Post a Comment