![]() |
Dok: Ratusan aktivis muslim garis keras di Pakistan demo menuntut pembebasan pembunuh Gubernur. |
StatusAceh.Net - Ratusan aktivis muslim garis keras Pakistan menggelar protes di dekat gedung parlemen dan terlibat bentrok dengan polisi, Minggu (27/03/2016). Para demonstran meminta pemerintah untuk menghapus hukuman mati bagi seorang pria yang mereka anggap pahlawan dalam kasus pembunuhan gubernur terkait Undang-Undang Penghujatan Agama.
Polisi menembakkan gas air mata kepada para pengunjuk rasa yang berkumpul sekitar 700 meter dari gedung parlemen di Ibu Kota Pakistan di Islamabad, demikan tayangan televisi lokal Geo TV.
Mengalirnya dukungan terhadap mantan pengawal Mumtaz Qadri yang dieksekusi memicu meningkatnya ketegangan antara kelompok garis keras Islam dan pemerintah sipil Pakistan yang berjanji akan menindak kaum ekstremis.
Lebih dari 60 orang, mayoritas dari mereka adalah petugas kepolisian, terluka dalam bentrokan Minggu itu, demikian pernyataan petugas rumah sakit kepada Kantor Berita Reuters.
"Mereka semua luka ringan, seperti terkena lemparan batu," kata dr Aisha Issani selaku juru bicara Rumah Sakit PIMS di Islamabad.
Pada Minggu tengah malam, militer diperintahkan untuk mengamankan situasi tersebut.
"Angkatan Darat diambil alih oleh pemerintah untuk mengendalikan situasi dan mengamankan Zona Merah," kata juru bicara militer Jenderal Asim Bajwa dalam akun resmi Twitternya menunjuk pada kawasan di sekitar gedung parlemen.
Para pendukung percaya Qadri seorang pembela Islam dengan membunuh Gubernur Punjab yang populer Salman Taseer karena Taseer mengkritik Undang-Undang Pakistan yang mengamanatkan hukuman mati bagi penista ajaran Islam atau penghina Nabi Mohammad SAW.
Taseer mengajukan pertanyaan atas undang-undang tersebut - yang dianggapnya diterapkan lebih berat di Pakistan daripada undang-undang yang berlaku di hampir seluruh negara Islam - sebagai bagian dari dukungan terhadap seorang perempuan Kristen yang dia nilai dengan tidak adil dituduh melakukan kejahatan.
Tahun lalu, 210 kasus kejahatan penghujatan telah diajukan kepada lembaga hukum. Para pengamat menilai pada beberapa kasus hukum itu cenderung disalahgunakan untuk keuntungan pribadi atau pertentangan usaha.
Sedikitnya 65 orang, termasuk para pengacara, terdakwa, dan hakim, dibunuh atas tuduhan penghujatan sejak 1990, demikian data yang dilaporkan Pusat Penelitian dan Studi Keamanan (CRSS) dan media di daerah itu.
Salmaan Taseer tewas pada 4 Januari 2011 di Islamabad setelah dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang tidak sepakat dengan sikap oposisi Taseer atas undang-undang penistaan agama.
Gubernur provinsi terbesar di Pakista itu tewas di sebuah pasar yang terkenal di Islamabad. Ini adalah pembunuhan terhebat dan mungkin paling "mengguncang iman" terhadap tokoh di Pakistan sejak tiga tahun lalu atau ketika mantan perdana menteri Benazir Bhutto dibunuh.
Lima orang pengawal lainnya luka-luka karena serangan itu.(RIMA)
Polisi menembakkan gas air mata kepada para pengunjuk rasa yang berkumpul sekitar 700 meter dari gedung parlemen di Ibu Kota Pakistan di Islamabad, demikan tayangan televisi lokal Geo TV.
Mengalirnya dukungan terhadap mantan pengawal Mumtaz Qadri yang dieksekusi memicu meningkatnya ketegangan antara kelompok garis keras Islam dan pemerintah sipil Pakistan yang berjanji akan menindak kaum ekstremis.
Lebih dari 60 orang, mayoritas dari mereka adalah petugas kepolisian, terluka dalam bentrokan Minggu itu, demikian pernyataan petugas rumah sakit kepada Kantor Berita Reuters.
"Mereka semua luka ringan, seperti terkena lemparan batu," kata dr Aisha Issani selaku juru bicara Rumah Sakit PIMS di Islamabad.
Pada Minggu tengah malam, militer diperintahkan untuk mengamankan situasi tersebut.
"Angkatan Darat diambil alih oleh pemerintah untuk mengendalikan situasi dan mengamankan Zona Merah," kata juru bicara militer Jenderal Asim Bajwa dalam akun resmi Twitternya menunjuk pada kawasan di sekitar gedung parlemen.
Para pendukung percaya Qadri seorang pembela Islam dengan membunuh Gubernur Punjab yang populer Salman Taseer karena Taseer mengkritik Undang-Undang Pakistan yang mengamanatkan hukuman mati bagi penista ajaran Islam atau penghina Nabi Mohammad SAW.
Taseer mengajukan pertanyaan atas undang-undang tersebut - yang dianggapnya diterapkan lebih berat di Pakistan daripada undang-undang yang berlaku di hampir seluruh negara Islam - sebagai bagian dari dukungan terhadap seorang perempuan Kristen yang dia nilai dengan tidak adil dituduh melakukan kejahatan.
Tahun lalu, 210 kasus kejahatan penghujatan telah diajukan kepada lembaga hukum. Para pengamat menilai pada beberapa kasus hukum itu cenderung disalahgunakan untuk keuntungan pribadi atau pertentangan usaha.
Sedikitnya 65 orang, termasuk para pengacara, terdakwa, dan hakim, dibunuh atas tuduhan penghujatan sejak 1990, demikian data yang dilaporkan Pusat Penelitian dan Studi Keamanan (CRSS) dan media di daerah itu.
Salmaan Taseer tewas pada 4 Januari 2011 di Islamabad setelah dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang tidak sepakat dengan sikap oposisi Taseer atas undang-undang penistaan agama.
Gubernur provinsi terbesar di Pakista itu tewas di sebuah pasar yang terkenal di Islamabad. Ini adalah pembunuhan terhebat dan mungkin paling "mengguncang iman" terhadap tokoh di Pakistan sejak tiga tahun lalu atau ketika mantan perdana menteri Benazir Bhutto dibunuh.
Lima orang pengawal lainnya luka-luka karena serangan itu.(RIMA)
loading...
Post a Comment