![]() |
Foto: Facebook/Haekal Afifa |
Banda Aceh - Sekelompok warga menyurati Google Indonesia dan Google terkait terjemahan 'anak Aceh' dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia. Terjemahan itu dianggap melecehkan orang Aceh.
Surat protes terhadap Google itu dilayangkan seorang warga Aceh, Haekal Afifa, bersama 32 warga lain dari sejumlah daerah di Indonesia. Mereka membuat surat bersama dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Dalam surat tersebut, mereka menyebut dirinya sebagai Forum Masyarakat Melayu dan Aceh. Mereka menyatakan keberatan atas terjemahan dalam Google Translate dari bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia untuk 'anak Aceh', 'gadis Aceh', dan 'bocah Aceh'.
"Sejumlah pengertian dalam Google Translate telah merendahkan harkat dan martabat kami. Kami memandang ini adalah bentuk nyata dari diskriminasi rasial dan atau etnik," isi surat yang dilayangkan ke Google seperti dikutip detikcom, Rabu (16/10/2019).
Mereka memahami produk terjemahan itu bersifat terbuka dan bisa diisi oleh siapa pun. Namun mereka menganggap Google harusnya punya mekanisme verifikasi terhadap segala bentuk masukan yang ada.
"Kami tahu bahwa produk Google Translate bersifat terbuka, dapat diisi sesiapa pun melalui kontributor. Akan tetapi, kami menganggap Tuan tidak memiliki mekanisme verifikasi terhadap segala hal yang masuk. Alhasil, produk Tuan telah mencederai harga diri dan marwah kami sebagai Melayu dan Aceh. Telah terjadi praktik diskriminatif, penanaman kebencian, mengolok-olok, serta merendahkan identitas Aceh dan Melayu yang inheren pada zahir dan batin kami," tutur mereka. | Detik.com
Surat protes terhadap Google itu dilayangkan seorang warga Aceh, Haekal Afifa, bersama 32 warga lain dari sejumlah daerah di Indonesia. Mereka membuat surat bersama dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Dalam surat tersebut, mereka menyebut dirinya sebagai Forum Masyarakat Melayu dan Aceh. Mereka menyatakan keberatan atas terjemahan dalam Google Translate dari bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia untuk 'anak Aceh', 'gadis Aceh', dan 'bocah Aceh'.
"Sejumlah pengertian dalam Google Translate telah merendahkan harkat dan martabat kami. Kami memandang ini adalah bentuk nyata dari diskriminasi rasial dan atau etnik," isi surat yang dilayangkan ke Google seperti dikutip detikcom, Rabu (16/10/2019).
Mereka memahami produk terjemahan itu bersifat terbuka dan bisa diisi oleh siapa pun. Namun mereka menganggap Google harusnya punya mekanisme verifikasi terhadap segala bentuk masukan yang ada.
"Kami tahu bahwa produk Google Translate bersifat terbuka, dapat diisi sesiapa pun melalui kontributor. Akan tetapi, kami menganggap Tuan tidak memiliki mekanisme verifikasi terhadap segala hal yang masuk. Alhasil, produk Tuan telah mencederai harga diri dan marwah kami sebagai Melayu dan Aceh. Telah terjadi praktik diskriminatif, penanaman kebencian, mengolok-olok, serta merendahkan identitas Aceh dan Melayu yang inheren pada zahir dan batin kami," tutur mereka. | Detik.com
loading...
Post a Comment