StatusAceh.Net - “Mumtaz!” Ibnu Syahdan atau lebih dikenal sebagai Benu Buloe menandaskan hidangan di hadapannya sembari mengucapkan istilah itu di depan kamera. Artinya, hidangan barusan yang dilahapnya begitu lezat sampai ia harus berseru "luar biasa."
Bagi pencinta kuliner, wajah Benu Buloe mungkin familiar. Ia mengisi sebuah program kuliner di sebuah stasiun televisi swasta setiap pekan.
Benu asli Aceh. Ia meninggalkan kampung halamannya di Saree, Aceh Besar—sekitar 45 menit dari Banda Aceh—setahun sebelum tsunami. Saree adalah salah satu titik konsentrasi konflik antara GAM dan TNI saat Darurat Operasi Militer. Hal itu membuat perekonomian di daerahnya, juga daerah sekitar Aceh, lumpuh.
Mereka yang bertahan akan dicurigai sebagai "cuak" atau mata-mata GAM. Maka, sebagian besar anak muda di kampung lebih memilih ke luar Nanggroe seperti Medan, Padang, hingga Jakarta. Aceh bak negeri ditilep tanpa masa depan.
Lapangan kerja pada masa konflik terbatas. Bagi usia produktif di perkotaan, pilihannya hanya ada dua: menjadi PNS atau pegawai bank.
Namun, dua belas tahun pasca-konflik, urusan lapangan pekerjaan nyatanya tak berubah dramatis. Pilihan hanya terbatas pada, lagi-lagi, menjadi PNS ataupun pegawai bank. Segelintir korporasi di Aceh. Mau tak mau, peluang kerja yang lebih besar ada di luar Aceh.
Baca Selengkapnya
loading...
Post a Comment