StatusAceh.Net - “Denias, kau sudah besar. Kau jangan nakal, ya. Kalau nakal, gunung di sana bisa makan kau. Itu sudah. Tapi kalau kau belajar yang rajin, pintar sekolah, gunung di sana takut sama kau.”
Itu dikatakan Audry Papilaja, pemeran karakter Ibu dalam film Denias, Senandung di Atas Awan (2006), tak lama setelah Denias mengikuti upacara pemasangan koteka, ritus penanda kedewasaan.
Tinggal di pedalaman Pulau Cenderawasih—wilayah yang kaya hutan, danau, dan sungai-sungai besar—pasangan ibu-anak itu paham betul manfaat pendidikan. Maka, saat sebuah sekolah darurat didirikan, di sela-sela bermain dan berburu, Denias pun antusias mengikuti semua pelajaran yang diberikan Pak Guru dan Maleo, seorang tentara yang ingin anak-anak di desa itu bersekolah.
“Maleo, sa mau tanya, Denias bilang sekolah di Jawa pakai seragamkah?” tanya Markus, kawan Denias.
“Ya, murid-murid di Jawa sekolah pakai seragam, Markus.”
“Kalau begitu kami minta seragam juga, Maleo.”
Pendidikan, kata Nelson Mandela, adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Hanya, sebagaimana tergambar dalam film Denias, pendidikan juga merupakan kemewahan yang tak semua orang sanggup membayarnya. Selain kegiatan belajar-mengajar yang bermutu dan fasilitas yang layak, para siswa juga butuh buku-buku, seragam, sepatu, uang jajan, ongkos, dan seterusnya.
Menyadari beban itu, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun ini pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp9,344 triliun untuk Program Indonesia Pintar. Agar anak-anak dari keluarga prasejahtera dapat melanjutkan pendidikan, pemerintah ambil bagian dalam meringankan beban orangtua mereka.
Itu dikatakan Audry Papilaja, pemeran karakter Ibu dalam film Denias, Senandung di Atas Awan (2006), tak lama setelah Denias mengikuti upacara pemasangan koteka, ritus penanda kedewasaan.
Tinggal di pedalaman Pulau Cenderawasih—wilayah yang kaya hutan, danau, dan sungai-sungai besar—pasangan ibu-anak itu paham betul manfaat pendidikan. Maka, saat sebuah sekolah darurat didirikan, di sela-sela bermain dan berburu, Denias pun antusias mengikuti semua pelajaran yang diberikan Pak Guru dan Maleo, seorang tentara yang ingin anak-anak di desa itu bersekolah.
“Maleo, sa mau tanya, Denias bilang sekolah di Jawa pakai seragamkah?” tanya Markus, kawan Denias.
“Ya, murid-murid di Jawa sekolah pakai seragam, Markus.”
“Kalau begitu kami minta seragam juga, Maleo.”
Pendidikan, kata Nelson Mandela, adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Hanya, sebagaimana tergambar dalam film Denias, pendidikan juga merupakan kemewahan yang tak semua orang sanggup membayarnya. Selain kegiatan belajar-mengajar yang bermutu dan fasilitas yang layak, para siswa juga butuh buku-buku, seragam, sepatu, uang jajan, ongkos, dan seterusnya.
Menyadari beban itu, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun ini pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp9,344 triliun untuk Program Indonesia Pintar. Agar anak-anak dari keluarga prasejahtera dapat melanjutkan pendidikan, pemerintah ambil bagian dalam meringankan beban orangtua mereka.
Baca Selanjutnya
loading...
Post a Comment