![]() |
Danny Maukar (kiri) dan Sam Karundeng (kanan) dalam pengadilan militer; 1960. FOTO/IPPHOS |
StatusAceh.Net - Sam Karundeng pindah dari Makassar ke Jakarta pada 1947. Laki-laki kelahiran 1929 ini tinggal di Jalan Lumandan Blok C nomor 28, Kebayoran. Dua belas tahun kemudian, 1959, ia terlibat dalam salah satu petualangan politik paling berbahaya di Indonesia.
Suatu waktu di Singapura, Sam bertemu dengan Boy Mamahit, sahabatnya sejak 1955. Boy mengajak Sam untuk berhubungan dengan orang-orang Permesta. Sam sendiri mengaku pernah menginap di rumah Kolonel Kawilarang. Oleh seseorang bernama Willy Pantouw, Sam diperingatkan untuk tidak berhubungan dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berbasis di Sumatera.
Menurut Abdul Haris Nasution dalam Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4: Masa Pancaroba Kedua (1984:391), “Pantouw memberi kesanggupan untuk bantuan dana dan membiayai gerakan.” Menurut Nasution, Sam melancong ke Singapura pada Juni 1959. Boy Mamahit memperkenalkan Sam kepada Kolonel Sukanda Bratamenggala. Berkali-kali, Sam bikin rapat gelap.
Sam mengajak koleganya, Herman Maukar dan Daniel Alexander Maukar alias Danny, untuk ikut dalam sebuah persekongkolan. Keduanya anak dari Enna Talumepa dan Karel Herman Maukar, seorang perwira polisi. Sam dan si anak polisi ini sudah berkenalan sejak zaman Jepang. Kala itu, Danny sudah jadi letnan penerbang di Angkatan Udara. Ia menolak ajakan Sam. Sikap berbeda ditunjukkan sang kakak, Herman Maukar, yang memang sudah ikut gerakan bawah tanah Sam Karundeng.
Suatu waktu di Singapura, Sam bertemu dengan Boy Mamahit, sahabatnya sejak 1955. Boy mengajak Sam untuk berhubungan dengan orang-orang Permesta. Sam sendiri mengaku pernah menginap di rumah Kolonel Kawilarang. Oleh seseorang bernama Willy Pantouw, Sam diperingatkan untuk tidak berhubungan dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berbasis di Sumatera.
Menurut Abdul Haris Nasution dalam Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4: Masa Pancaroba Kedua (1984:391), “Pantouw memberi kesanggupan untuk bantuan dana dan membiayai gerakan.” Menurut Nasution, Sam melancong ke Singapura pada Juni 1959. Boy Mamahit memperkenalkan Sam kepada Kolonel Sukanda Bratamenggala. Berkali-kali, Sam bikin rapat gelap.
Sam mengajak koleganya, Herman Maukar dan Daniel Alexander Maukar alias Danny, untuk ikut dalam sebuah persekongkolan. Keduanya anak dari Enna Talumepa dan Karel Herman Maukar, seorang perwira polisi. Sam dan si anak polisi ini sudah berkenalan sejak zaman Jepang. Kala itu, Danny sudah jadi letnan penerbang di Angkatan Udara. Ia menolak ajakan Sam. Sikap berbeda ditunjukkan sang kakak, Herman Maukar, yang memang sudah ikut gerakan bawah tanah Sam Karundeng.
Baca Selanjutnya
loading...
Post a Comment