![]() |
PARA anak dan istri Ilyas sedang mengupas buah pala di depan rumahnya di Gunung Alue Paku, Desa Mon Mata, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya, Senin (28/8). |
StatusAceh.net - Ramlah (55) bersama tiga anaknya dengan telaten mengupas buah pala.
Setelah terkumpul seberapun adanya, Ramlah segera menjualnya ke pasar. Hasil penjualannya, tidaklah seberapa. Namun cukup untuk keluarga ini membeli beras.
Anak-anak Ramlah terbilang sangat setia membantu ibunya.
Seolah mereka sadar kondisi kehidupan mereka yang miskin. Sejak lama Ramlah bersama suaminya Ilyas (55) dan lima anaknya Nurasyiah (20), Laila Sari (18), Nurbaiti (14), Muhammad Saputra (10) dan Saputra Santri (5) tinggal di sebuah gebuk reot di Gunung Alue Paku, Desa Mon Mata, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya.
Nurasyiah sebagai anak tertua saat ini bekerja di sebuah warung di Calang. Sedangkan Laila Sari menumpang tinggal di rumah saudaranya.
Keseharian Ilyas bekerja sebagai buruh kasar untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Rumah yang ditempat Ilyas bersama anak-anaknya terbilang tidak layak huni.
Rumah itu seluas 3x4 meter beratap plastik, berdinding bambu campur kayu.
Beberapa bagian lainnya ditutupi plastik. Jika malam tiba, rumah itu hanya diterangi lampu teplok.
Ilyas bersama anak-anaknya tinggal di daerah perbukitan sekitar 200 meter di pinggiran Desa Mon Mata.
“Kami sangat mengharapkan bantuan rumah dari pemerintah, sebab hingga saat ini kami belum memperoleh bantuan selain beras raskin yang kami terima selama ini. Selain itu ada juga belas kasihan warga kepada kami yang terkadang diberikan beras dan uang,” kata Ilyas saat disambangi Serambi, Senin (28/8) di rumahnya.
Meski hidup dalam kemisikinan Ilyas terus berusaha untuk menghidupi keluarganya dan membiayai pendidikan anak-anaknya yang masih SD dan TK.
“Saya tidak tahu harus bagaimana, mungkin Allah sudah mentakdirkan kami harus hidup seperti ini, semoga anak-anak kami kelak bisa hidup lebih baik dari kondisi saat ini,” tutur Ilyas.
Sementara itu Zulkifli, tokoh masyarakat Desa Mon Mata kepada Serambi mengatakan keluarga Ilyas merupakan keluarga miskin yang semestinya harus mendapat perhatian pemerintah.
“Kami selaku warga sangat prihatin dengan kehidupan mereka. Pemerintah Aceh Jaya perlu memberi perhatian bantuan rumah kepada yang bersangkutan, supaya tidak lagi tinggal di gubuk,” katanya.
Sebelumnya Ilyas tinggal di sebuah rumah milik warga di desa itu.
Namun karena sang pemilik rumah ingin menyewakan rumah tersebut, akhirnya Ilyas harus angkat kaki dan tinggal di gubuk tersebut.
Ia tidak mampu membayar sewa rumah karena tidak punya uang.
“Jangankan untuk sewa rumah, untuk beli beras sehari-hari ia sangat kesulitan,” kata Zulkifli. | tribunnews.com
Setelah terkumpul seberapun adanya, Ramlah segera menjualnya ke pasar. Hasil penjualannya, tidaklah seberapa. Namun cukup untuk keluarga ini membeli beras.
Anak-anak Ramlah terbilang sangat setia membantu ibunya.
Seolah mereka sadar kondisi kehidupan mereka yang miskin. Sejak lama Ramlah bersama suaminya Ilyas (55) dan lima anaknya Nurasyiah (20), Laila Sari (18), Nurbaiti (14), Muhammad Saputra (10) dan Saputra Santri (5) tinggal di sebuah gebuk reot di Gunung Alue Paku, Desa Mon Mata, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya.
Nurasyiah sebagai anak tertua saat ini bekerja di sebuah warung di Calang. Sedangkan Laila Sari menumpang tinggal di rumah saudaranya.
Keseharian Ilyas bekerja sebagai buruh kasar untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Rumah yang ditempat Ilyas bersama anak-anaknya terbilang tidak layak huni.
Rumah itu seluas 3x4 meter beratap plastik, berdinding bambu campur kayu.
Beberapa bagian lainnya ditutupi plastik. Jika malam tiba, rumah itu hanya diterangi lampu teplok.
Ilyas bersama anak-anaknya tinggal di daerah perbukitan sekitar 200 meter di pinggiran Desa Mon Mata.
“Kami sangat mengharapkan bantuan rumah dari pemerintah, sebab hingga saat ini kami belum memperoleh bantuan selain beras raskin yang kami terima selama ini. Selain itu ada juga belas kasihan warga kepada kami yang terkadang diberikan beras dan uang,” kata Ilyas saat disambangi Serambi, Senin (28/8) di rumahnya.
Meski hidup dalam kemisikinan Ilyas terus berusaha untuk menghidupi keluarganya dan membiayai pendidikan anak-anaknya yang masih SD dan TK.
“Saya tidak tahu harus bagaimana, mungkin Allah sudah mentakdirkan kami harus hidup seperti ini, semoga anak-anak kami kelak bisa hidup lebih baik dari kondisi saat ini,” tutur Ilyas.
Sementara itu Zulkifli, tokoh masyarakat Desa Mon Mata kepada Serambi mengatakan keluarga Ilyas merupakan keluarga miskin yang semestinya harus mendapat perhatian pemerintah.
“Kami selaku warga sangat prihatin dengan kehidupan mereka. Pemerintah Aceh Jaya perlu memberi perhatian bantuan rumah kepada yang bersangkutan, supaya tidak lagi tinggal di gubuk,” katanya.
Sebelumnya Ilyas tinggal di sebuah rumah milik warga di desa itu.
Namun karena sang pemilik rumah ingin menyewakan rumah tersebut, akhirnya Ilyas harus angkat kaki dan tinggal di gubuk tersebut.
Ia tidak mampu membayar sewa rumah karena tidak punya uang.
“Jangankan untuk sewa rumah, untuk beli beras sehari-hari ia sangat kesulitan,” kata Zulkifli. | tribunnews.com
loading...
Post a Comment