Presiden Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto bersiap menyantap nasi goreng. (IMAM HUSEIN/JAWA POS) |
StatusAceh.Net - Nasi goreng menjadi pemanis pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Kamis (27/7) malam. Bahkan, penjual nasi goreng ala Ngawi, Jawa Timur tersebut meluluhkan sang mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat.
Desyinta Nur'aini
Hujan sempat mengguyur deras Perumahan Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat sekitar pukul 20.00 WIB. Itu, menjelang kedatangan Prabowo Subianto beserta jajarannya. Namun, seoalah langit mengerti, bahwa pertemuan dua mantan jenderal itu amat ditunggu. Hingga hujan tidak perlu berlama-lama membasahi Cikeas.
Benar saja, sekitar 20 menit setelah hujan turun, pria yang akrab disapa Prabowo itu datang ditemani Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Edhy Prabowo, serta beberapa pengurus partai lainnya.
Sambutan hangat dari sejumlah jajaran pengurus inti dari tuan rumah dilakukan di depan pendopo. Namun, SBY tidak terlihat ikut menyambut. Kabarnya, tuan rumah masih dalam perjalanan hingga para tamu itu diminta sedikit menunggu di ruang tunggu yang terletak di samping kiri pendopo.
Tak terlalu lama, si pemilik rumah Puri Cikeas itu datang dan menyambut hangat Prabowo dan orang penting dari Gerindra lainnya. Dihantarkan di teras pendopo, mereka duduk sejenak untuk saling tegur sapa dan menanyakan kabar.
Saat itu juga, aroma khas nasi goreng tek-tek langganan SBY sejak 2009, mulai tercium. Bukan nasi goreng restoran, aroma itu berasal dari gerobak milik Gunarno. Dia adalah penjual nasi goreng asal Ngawi, yang biasa mangkal tak jauh dari rumah SBY.
Nasi goreng itu disuguhkan ke meja tempat para mantan jenderal, sekjen, dan wakil ketua umumnya duduk. Menambah hangat pertemuan di tengah udara yang dingin.
"Yuk teman-teman (wartawan) makan nasi goreng dulu," ucap SBY mengajak awak media ikut mencicipi nasi goreng yang telah disiapkan terpisah di dekat gerbang pintu masuk pendoponya.
Ingin sang tamu menikmati jamuannya, Presiden ke-6 itu meminta agar awak media berhenti sejenak untuk merekam kejadian tersebut dan menyarankan ikut menyantap nasi goreng yang telah disediakan. Dia berkata agar awak media tidak perlu risau karena akan ada konferensi pers setelah pertemuan berlangsung.
Usai menyantap nasi goreng yang diborong seharga Rp 1 juta untuk 80 porsi itu, SBY menggiring tamunya ke kediaman yang terletak di samping pendopo. Mereka ingin berbicara intim yang menjadi inti pertemuan tersebut.
Selama satu jam pertemuan itu berlangsung. Tepatnya pada pukul 21.55 WIB mereka akhirnya keluar. Duduk di pendopo dengan latar belakang para pengurus Partai Demokrat dan Gerindra. Tampak juga Agus Harimurti Yudhoyono di sana. SBY dan Prabowo menyampaikan hasil dari pembicaraan yang dilakukan secara tertutup itu.
Mereka mengaku resah dengan keadaan bangsa dan negara. Ditambah lagi dengan diketoknya poin ambang batas presiden atau presidential threshold sebesar 20-25 persen dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu pada rapat Paripurna Kamis (20/7) pekan lalu. Besaran itu dinilai tidak demokratis.
Menurut mereka, harusnya tidak ada batas bagi siapa pun atau partai politik manapun mengajukan nama untuk menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. SBY yang memulai berbicara lantas mengatakan bahwa penyelenggara negara sedikit lepas dari jalurnya. Oleh sebab itu, mereka perlu mengimbau agar pemerintah memperhatikan keinginan rakyatnya.
Lepas SBY berbicara, Prabowo ikut menyampaikan apa yang menjadi pembicaraan. Dia memulai dengan kata penghormatan bagi SBY yang melekat gelar presiden hingga akhir hayatnya. Selanjutnya, Prabowo mengakui sejak lama dia meminta waktu untuk bertemu SBY. Akhirnya pertemuan terwujud dan dia mengucapkan terima kasih.
Disangka langsung kepada inti apa yang dibicarakannya dengan SBY, ternyata Prabowo malah menyinggung nasi goreng yang disuguhkan kepadanya tadi. Katanya, nasi goreng itu rasanya luar biasa enak. Bahkan mengalahkan nasi goreng favorit di kediamannya, Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Saya harus akui secara jujur, nasi goreng ini menyaingi nasi goreng Hambalang," ucap dia dengan suara khas yang tegas.
Nasi goreng itu yang membuatnya luluh dan sepakat dengan semua perkataan SBY dalam pertemuan tertutup itu. "Intelnya Pak SBY masih kuat. Jadi beliau tahu kelemahan Pak Prabowo nasi goreng. Asal diberi nasi goreng, Pak Prabowo setuju," tukasnya disambut gelak tawa SBY dan yang mendampinginya.
Ternyata kelemahan Sang Jenderal ada di nasi goreng. Ah, diplomasi nasi goreng ini namanya. hehehe. | JPNN
Desyinta Nur'aini
Hujan sempat mengguyur deras Perumahan Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat sekitar pukul 20.00 WIB. Itu, menjelang kedatangan Prabowo Subianto beserta jajarannya. Namun, seoalah langit mengerti, bahwa pertemuan dua mantan jenderal itu amat ditunggu. Hingga hujan tidak perlu berlama-lama membasahi Cikeas.
Benar saja, sekitar 20 menit setelah hujan turun, pria yang akrab disapa Prabowo itu datang ditemani Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Edhy Prabowo, serta beberapa pengurus partai lainnya.
Sambutan hangat dari sejumlah jajaran pengurus inti dari tuan rumah dilakukan di depan pendopo. Namun, SBY tidak terlihat ikut menyambut. Kabarnya, tuan rumah masih dalam perjalanan hingga para tamu itu diminta sedikit menunggu di ruang tunggu yang terletak di samping kiri pendopo.
Tak terlalu lama, si pemilik rumah Puri Cikeas itu datang dan menyambut hangat Prabowo dan orang penting dari Gerindra lainnya. Dihantarkan di teras pendopo, mereka duduk sejenak untuk saling tegur sapa dan menanyakan kabar.
Saat itu juga, aroma khas nasi goreng tek-tek langganan SBY sejak 2009, mulai tercium. Bukan nasi goreng restoran, aroma itu berasal dari gerobak milik Gunarno. Dia adalah penjual nasi goreng asal Ngawi, yang biasa mangkal tak jauh dari rumah SBY.
Nasi goreng itu disuguhkan ke meja tempat para mantan jenderal, sekjen, dan wakil ketua umumnya duduk. Menambah hangat pertemuan di tengah udara yang dingin.
"Yuk teman-teman (wartawan) makan nasi goreng dulu," ucap SBY mengajak awak media ikut mencicipi nasi goreng yang telah disiapkan terpisah di dekat gerbang pintu masuk pendoponya.
Ingin sang tamu menikmati jamuannya, Presiden ke-6 itu meminta agar awak media berhenti sejenak untuk merekam kejadian tersebut dan menyarankan ikut menyantap nasi goreng yang telah disediakan. Dia berkata agar awak media tidak perlu risau karena akan ada konferensi pers setelah pertemuan berlangsung.
Usai menyantap nasi goreng yang diborong seharga Rp 1 juta untuk 80 porsi itu, SBY menggiring tamunya ke kediaman yang terletak di samping pendopo. Mereka ingin berbicara intim yang menjadi inti pertemuan tersebut.
Selama satu jam pertemuan itu berlangsung. Tepatnya pada pukul 21.55 WIB mereka akhirnya keluar. Duduk di pendopo dengan latar belakang para pengurus Partai Demokrat dan Gerindra. Tampak juga Agus Harimurti Yudhoyono di sana. SBY dan Prabowo menyampaikan hasil dari pembicaraan yang dilakukan secara tertutup itu.
Mereka mengaku resah dengan keadaan bangsa dan negara. Ditambah lagi dengan diketoknya poin ambang batas presiden atau presidential threshold sebesar 20-25 persen dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu pada rapat Paripurna Kamis (20/7) pekan lalu. Besaran itu dinilai tidak demokratis.
Menurut mereka, harusnya tidak ada batas bagi siapa pun atau partai politik manapun mengajukan nama untuk menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. SBY yang memulai berbicara lantas mengatakan bahwa penyelenggara negara sedikit lepas dari jalurnya. Oleh sebab itu, mereka perlu mengimbau agar pemerintah memperhatikan keinginan rakyatnya.
Lepas SBY berbicara, Prabowo ikut menyampaikan apa yang menjadi pembicaraan. Dia memulai dengan kata penghormatan bagi SBY yang melekat gelar presiden hingga akhir hayatnya. Selanjutnya, Prabowo mengakui sejak lama dia meminta waktu untuk bertemu SBY. Akhirnya pertemuan terwujud dan dia mengucapkan terima kasih.
Disangka langsung kepada inti apa yang dibicarakannya dengan SBY, ternyata Prabowo malah menyinggung nasi goreng yang disuguhkan kepadanya tadi. Katanya, nasi goreng itu rasanya luar biasa enak. Bahkan mengalahkan nasi goreng favorit di kediamannya, Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Saya harus akui secara jujur, nasi goreng ini menyaingi nasi goreng Hambalang," ucap dia dengan suara khas yang tegas.
Nasi goreng itu yang membuatnya luluh dan sepakat dengan semua perkataan SBY dalam pertemuan tertutup itu. "Intelnya Pak SBY masih kuat. Jadi beliau tahu kelemahan Pak Prabowo nasi goreng. Asal diberi nasi goreng, Pak Prabowo setuju," tukasnya disambut gelak tawa SBY dan yang mendampinginya.
Ternyata kelemahan Sang Jenderal ada di nasi goreng. Ah, diplomasi nasi goreng ini namanya. hehehe. | JPNN
loading...
Post a Comment