StatusAceh.Net - Seperti sang kakak SZ. Kini, AF terpaksa menjalani hari-harinya di ruang tahanan Polres Bener Meriah. Diduga, dia pelaku pelemparan granat mobil Kijang BL 136 Y, di Desa Menderek, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, yang ditumpangi Mansyur Ismail bersama keluarga dan kerabatnya.
Tak ada kata lain, kecuali pasrah menerima nasib. Ibarat pepatah, siapa yang menabur angin, dia pula yang menuai badai. Seperti sang kakak SZ yang sangat dicintai dan sayangi AF. Keduanya terpaksa menghabiskan hari-hari di ruang tahanan Polres Bener Meriah. Keduanya dijerat pasal pembunuhan berencana dengan mengunakan senjata api dan bahan peledak. “Benar AF berhasil ditangkap dan selanjutnya dibawa ke Polres Bener Meriah untuk proses lebih lanjut,” kata Kepala Bidang Humas Polda Aceh, Kombes Pol. Goenawan pada MODUSACEH.CO, Sabtu malam lalu.
Memang, setelah lama menjadi buronan polisi, AF (26) akhirnya berhasil diciduk Tim Gabungan Reskrimum Polda Aceh dan Polres Bener Meriah di Desa Huta Galuh, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara, Sabtu (15/10/2016) sekira pukul 16.30 WIB. Sebelum membekuk AF, sekira pukul 15.30 WIB tim gabungan lebih dulu mengamankan FM yang juga paman AF. Nah, dari informasi FM, diketahuilah kemudian AF sedang berada di Desa Hutagaluh Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara.
Tak menunggu lama, tim langsung bergerak cepat menuju tempat persembunyian AF. Pada pada pukul 16.30 WIB, tim gabungan berhasil menciduk AF yang tak lain adalah eksekutor peledakan mobil dinas BL 136 Y milik anggota DPRK Bener Meriah, Mansyur Ismail yang terjadi, Sabtu 17 September 2016 lalu.
Dugaan ini ada tali temali dengan pengakuan SZ (35) kakak AF. Dalam wawancara eksklusif dengan Harian Serambi Indonesia, Banda Aceh, Rabu, 21 September 2016 lalu. SZ dengan terang menderang menceritakan kronologis dibalik peristiwa berdarah tersebut. Diungkapkan SZ, AF yang melakukan eksekusi pelemparan granat terhadap mobil Kijang yang ditumpangi Mansyur Ismail bersama keluarganya. Masyur adalah anggota DPRK Kabupaten Bener Meriah. “Granat itu adik saya yang beli,” begitu jelas SZ. Namun, SZ mengaku tak tahu dari mana AF membeli granat tersebut. “Harganya Rp 3 juta,” ujar SZ. Begitupun, SZ membantah jika membayar AF untuk melakukan aksinya itu.
Menurut SZ, adik AF melakukan perbuatan tersebut, hanya semata-mata karena cinta dan sayang pada dirinya. “Awalnya saya ‘curhat’ pada adik saya (AF-red). Saya bilang, ‘Dik, saya sedih dan sakit kali hati.’ Adik saya sempat bertanya, ‘Kenapa, Kak?’ Lantas saya jawab, ‘Saya sudah banyak diam dan mengalah, tetapi sering diteror oleh anak suami saya dan sering dipukuli oleh anak suami saya itu’. Padahal, saya memilih suami ini, saya tinggalkan keluarga. Meski keluarga tidak setuju, tapi saya tetap menikah dengan suami saya ini (Mansyur Ismail-red),” ungkap SZ.
Lalu, AF menyusun rencana pengranatan tersebut. “Saya tidak terlibat. Adik saya hanya meminta uang kepada saya sebesar Rp 3 juta yang akan dia gunakan untuk membeli granat. Itu uang saya sendiri, dari penghasilan saya. Saya PNS,” ujar SZ.
Menurut SZ, dia terpaksa melakukan itu, karena kesal dan sudah tak tahan diintimidasi. “Karena saya kesal sering diintimidasi”. Dan, sasaran utamanya adalah Aulia Tahar, putra tertua pasangan Mansyur-Nurma (istri pertamanya). “Aulia saja,” sebut SZ. Dan dia tak menyangka dalam mobil tersebut ada anak kecil, adik almarhum Aulia serta keluarga kerabat Nurma, istri Mansyur, seorang anggota TNI di Bener Meriah. “Saya tidak tahu,” kata SZ.
Sebelum aksi itu dilakukan sang adik, AF. SZ mengaku ada menghubungi Mansyur Ismail melalui telpon seluler. Tujuannya, untuk melacak dimana posisi dan keberadaan suaminya tersebut. Dan, setelah kejadian, AF ada menghubungi SZ. “Katanya, sudah saya lakukan Kak, dengar saja kabarnya,” sebut AF. Begitupun, paska kejadian tadi, SZ mengaku menyesal. Dia tak menyangka akan terjadi peristiwa berdarah tersebut. Sebab, selama ini hubungannya dengan Mansyur Ismail baik-baik saja.
“Saya sangat menyesal. Saya nggak menyangka kalau akan terjadi begini. Selama ini, hubungan dengan suami saya, Mansyur Ismail, baik-baik saja. Tidak pernah ribut. Komunikasi juga bagus. Bahkan dia sering mengunjungi saya ke rumah. Kami menikah bulan 10 tahun 2015,” ucap SZ. Tapi apa lacur, nasi sudah jadi bubur. SZ dan sang adik AF, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum. “Saya ikhlas menjalani hukuman ini,” ucap SZ, lirih.(Modusaceh.co)
Tak ada kata lain, kecuali pasrah menerima nasib. Ibarat pepatah, siapa yang menabur angin, dia pula yang menuai badai. Seperti sang kakak SZ yang sangat dicintai dan sayangi AF. Keduanya terpaksa menghabiskan hari-hari di ruang tahanan Polres Bener Meriah. Keduanya dijerat pasal pembunuhan berencana dengan mengunakan senjata api dan bahan peledak. “Benar AF berhasil ditangkap dan selanjutnya dibawa ke Polres Bener Meriah untuk proses lebih lanjut,” kata Kepala Bidang Humas Polda Aceh, Kombes Pol. Goenawan pada MODUSACEH.CO, Sabtu malam lalu.
Memang, setelah lama menjadi buronan polisi, AF (26) akhirnya berhasil diciduk Tim Gabungan Reskrimum Polda Aceh dan Polres Bener Meriah di Desa Huta Galuh, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara, Sabtu (15/10/2016) sekira pukul 16.30 WIB. Sebelum membekuk AF, sekira pukul 15.30 WIB tim gabungan lebih dulu mengamankan FM yang juga paman AF. Nah, dari informasi FM, diketahuilah kemudian AF sedang berada di Desa Hutagaluh Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara.
Tak menunggu lama, tim langsung bergerak cepat menuju tempat persembunyian AF. Pada pada pukul 16.30 WIB, tim gabungan berhasil menciduk AF yang tak lain adalah eksekutor peledakan mobil dinas BL 136 Y milik anggota DPRK Bener Meriah, Mansyur Ismail yang terjadi, Sabtu 17 September 2016 lalu.
Dugaan ini ada tali temali dengan pengakuan SZ (35) kakak AF. Dalam wawancara eksklusif dengan Harian Serambi Indonesia, Banda Aceh, Rabu, 21 September 2016 lalu. SZ dengan terang menderang menceritakan kronologis dibalik peristiwa berdarah tersebut. Diungkapkan SZ, AF yang melakukan eksekusi pelemparan granat terhadap mobil Kijang yang ditumpangi Mansyur Ismail bersama keluarganya. Masyur adalah anggota DPRK Kabupaten Bener Meriah. “Granat itu adik saya yang beli,” begitu jelas SZ. Namun, SZ mengaku tak tahu dari mana AF membeli granat tersebut. “Harganya Rp 3 juta,” ujar SZ. Begitupun, SZ membantah jika membayar AF untuk melakukan aksinya itu.
Menurut SZ, adik AF melakukan perbuatan tersebut, hanya semata-mata karena cinta dan sayang pada dirinya. “Awalnya saya ‘curhat’ pada adik saya (AF-red). Saya bilang, ‘Dik, saya sedih dan sakit kali hati.’ Adik saya sempat bertanya, ‘Kenapa, Kak?’ Lantas saya jawab, ‘Saya sudah banyak diam dan mengalah, tetapi sering diteror oleh anak suami saya dan sering dipukuli oleh anak suami saya itu’. Padahal, saya memilih suami ini, saya tinggalkan keluarga. Meski keluarga tidak setuju, tapi saya tetap menikah dengan suami saya ini (Mansyur Ismail-red),” ungkap SZ.
Lalu, AF menyusun rencana pengranatan tersebut. “Saya tidak terlibat. Adik saya hanya meminta uang kepada saya sebesar Rp 3 juta yang akan dia gunakan untuk membeli granat. Itu uang saya sendiri, dari penghasilan saya. Saya PNS,” ujar SZ.
Menurut SZ, dia terpaksa melakukan itu, karena kesal dan sudah tak tahan diintimidasi. “Karena saya kesal sering diintimidasi”. Dan, sasaran utamanya adalah Aulia Tahar, putra tertua pasangan Mansyur-Nurma (istri pertamanya). “Aulia saja,” sebut SZ. Dan dia tak menyangka dalam mobil tersebut ada anak kecil, adik almarhum Aulia serta keluarga kerabat Nurma, istri Mansyur, seorang anggota TNI di Bener Meriah. “Saya tidak tahu,” kata SZ.
Sebelum aksi itu dilakukan sang adik, AF. SZ mengaku ada menghubungi Mansyur Ismail melalui telpon seluler. Tujuannya, untuk melacak dimana posisi dan keberadaan suaminya tersebut. Dan, setelah kejadian, AF ada menghubungi SZ. “Katanya, sudah saya lakukan Kak, dengar saja kabarnya,” sebut AF. Begitupun, paska kejadian tadi, SZ mengaku menyesal. Dia tak menyangka akan terjadi peristiwa berdarah tersebut. Sebab, selama ini hubungannya dengan Mansyur Ismail baik-baik saja.
“Saya sangat menyesal. Saya nggak menyangka kalau akan terjadi begini. Selama ini, hubungan dengan suami saya, Mansyur Ismail, baik-baik saja. Tidak pernah ribut. Komunikasi juga bagus. Bahkan dia sering mengunjungi saya ke rumah. Kami menikah bulan 10 tahun 2015,” ucap SZ. Tapi apa lacur, nasi sudah jadi bubur. SZ dan sang adik AF, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum. “Saya ikhlas menjalani hukuman ini,” ucap SZ, lirih.(Modusaceh.co)
loading...
Post a Comment