Samarinda -
Pergerakan Pelaut Indonesia (PPI) Samarinda mengungkapkan bebasnya M.
Sofyan dan Ismail dari cengkraman Abu Sayyaf sudah direncanakan.
Keduanya diduga dibebaskan usai adanya kesepakatan antara pemerintah dan
penyandera, Abu Sayyaf.
Ketua PPI Samarinda, Amrullah, mengatakan kesepakatan itu terungkap saat ia bertemu Ismail dan Sofyan di Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016. Dalam perbincangan itu, katanya, keduanya saat itu mengaku melarikan diri atas inisiatif sendiri. Setelah bebas baru mereka tahu ada kesepakatan itu.
"Cerita Ismail kepada saya, mereka (Ismail dan M Sofyan) awalnya tak tahu kalau ada kesepakatan penyandera dengan Crisis Centre. Tapi mereka bilang kesepakatan itu memang ada, dan mereka tahu setelah bebas," kata Amrullah, Rabu, 31 Agustus 2016.
Amrullah bertemu Ismail dan Sofyan di satu tempat di Jakarta. Kepada keduanya Amrullah ingin mencari tahu kondisi lima sandera lain sampai saat ini masih belum bebas.
Menurut dia, setelah bertemu dengan keduanya, komunikasi mereka terputus lantaran telepon mereka sudah tak aktif lagi. Padahal pihaknya berharap bisa terus berkomunikasi dan menerima banyak kabar dari Ismail dan Sofyan tentang sandera lainnya. "Keluarga sandera lainnya kecewa," katanya.
Sementara Abdul Muis, ayah Kapten Ferry Arifin, mengatakan tak mmepermasalahkan dibebaskan atau membebaskan diri. Ferry adalah kapten kapal TB Charles yang diculik Abu Sayyaf sejak 21 Juni 2016. Ismail dan Sofyan adalah awak di kapal itu.
Dia saat ini sangat berharap anaknya beserta sandera lain segera pulang. "Jangankan berkomunikasi, sampai sekarang saya sama sekali tak tahu kondisi anak saya karena terpisah dengan Ismail dan Sofyan," kata dia.
Soal bebasnya dua sandera Amrullah mengaku tak mengetahui secara detail soal kesepakatan antara pemerintah dan penyandera. Ia hanya memastikan pembebasan itu berencana. "Mungkin memang ada skenario sengaja dibebaskan," kata dia. "Tak tahu juga apa ada tebusan atau tidak."(Tempo)
Ketua PPI Samarinda, Amrullah, mengatakan kesepakatan itu terungkap saat ia bertemu Ismail dan Sofyan di Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016. Dalam perbincangan itu, katanya, keduanya saat itu mengaku melarikan diri atas inisiatif sendiri. Setelah bebas baru mereka tahu ada kesepakatan itu.
"Cerita Ismail kepada saya, mereka (Ismail dan M Sofyan) awalnya tak tahu kalau ada kesepakatan penyandera dengan Crisis Centre. Tapi mereka bilang kesepakatan itu memang ada, dan mereka tahu setelah bebas," kata Amrullah, Rabu, 31 Agustus 2016.
Amrullah bertemu Ismail dan Sofyan di satu tempat di Jakarta. Kepada keduanya Amrullah ingin mencari tahu kondisi lima sandera lain sampai saat ini masih belum bebas.
Menurut dia, setelah bertemu dengan keduanya, komunikasi mereka terputus lantaran telepon mereka sudah tak aktif lagi. Padahal pihaknya berharap bisa terus berkomunikasi dan menerima banyak kabar dari Ismail dan Sofyan tentang sandera lainnya. "Keluarga sandera lainnya kecewa," katanya.
Sementara Abdul Muis, ayah Kapten Ferry Arifin, mengatakan tak mmepermasalahkan dibebaskan atau membebaskan diri. Ferry adalah kapten kapal TB Charles yang diculik Abu Sayyaf sejak 21 Juni 2016. Ismail dan Sofyan adalah awak di kapal itu.
Dia saat ini sangat berharap anaknya beserta sandera lain segera pulang. "Jangankan berkomunikasi, sampai sekarang saya sama sekali tak tahu kondisi anak saya karena terpisah dengan Ismail dan Sofyan," kata dia.
Soal bebasnya dua sandera Amrullah mengaku tak mengetahui secara detail soal kesepakatan antara pemerintah dan penyandera. Ia hanya memastikan pembebasan itu berencana. "Mungkin memang ada skenario sengaja dibebaskan," kata dia. "Tak tahu juga apa ada tebusan atau tidak."(Tempo)
loading...
Post a Comment