Jakarta - Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman, mengatakan Provinsi Aceh telah memiliki transmisi lokal, yang dibuktikan dengan penambahan lima kasus positif COVID-19 di Lhokseumawe dalam sehari. Untuk itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh menyarankan agar seluruh kabupaten/kota di Aceh untuk melakukan pemeriksaan COVID-19 terhadap 0,5 persen dari total penduduk.
“Saya pikir semua kabupaten/kota di Aceh harus mulai melakukan pemeriksaan, tes sebanyak mungkin. Katakan idealnya semua orang dites, tapi dari segi biaya enggak mungkin, makanya yang bisa mewakili sebanyak 0,5 sampai satu persen dari jumlah penduduknya,” kata Safrizal, Selasa (16/6) dikutip dari ANTARA.
Pemeriksaan kata Safrizal, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui tes cepat (rapid test) atau tes usap (swab test) dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Pemeriksaan ini kata Safrizal, secara teori dapt menghambat terjadinya penambahan kasus COVID-19 . Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan sebanyak-banyaknya, kemudian dilacak aktivitas sumber yang positif, serta diisolasi pasien yang telah terjangkit.
“Dan pemeriksaan ini harus diaktifkan, jangan sampai di Indonesia orang lain sudah berakhir COVID-19, kita di Aceh baru mulai,” ucapnya.
Safrizal menjelaskan usai penambahan lima orang tanpa gejala (OTG) yang terkonfirmasi positif virus mematikan tersebut, masyarakat Aceh diminta untuk tetap tenang, serta menjalankan sebaik mungkin semua langkah protokol kesehatan COVID-19.
“Seperti menjaga jarak fisik, memakai masker. Itu adalah prinsipnya, jadi kita memang Indonesia sudah diharapkan melakukan normal baru, sehingga kita harus menjaga itu,” kata Safrizal Rahman.
Secara kumulatif, Aceh mencatat sebanyak 27 kasus positif COVID-19 dengan rincian 19 orang telah sembuh, satu meninggal dunia, dan tujuh orang masih dalam penanganan petugas medis. | Jawapos
“Saya pikir semua kabupaten/kota di Aceh harus mulai melakukan pemeriksaan, tes sebanyak mungkin. Katakan idealnya semua orang dites, tapi dari segi biaya enggak mungkin, makanya yang bisa mewakili sebanyak 0,5 sampai satu persen dari jumlah penduduknya,” kata Safrizal, Selasa (16/6) dikutip dari ANTARA.
Pemeriksaan kata Safrizal, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui tes cepat (rapid test) atau tes usap (swab test) dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Pemeriksaan ini kata Safrizal, secara teori dapt menghambat terjadinya penambahan kasus COVID-19 . Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan sebanyak-banyaknya, kemudian dilacak aktivitas sumber yang positif, serta diisolasi pasien yang telah terjangkit.
“Dan pemeriksaan ini harus diaktifkan, jangan sampai di Indonesia orang lain sudah berakhir COVID-19, kita di Aceh baru mulai,” ucapnya.
Safrizal menjelaskan usai penambahan lima orang tanpa gejala (OTG) yang terkonfirmasi positif virus mematikan tersebut, masyarakat Aceh diminta untuk tetap tenang, serta menjalankan sebaik mungkin semua langkah protokol kesehatan COVID-19.
“Seperti menjaga jarak fisik, memakai masker. Itu adalah prinsipnya, jadi kita memang Indonesia sudah diharapkan melakukan normal baru, sehingga kita harus menjaga itu,” kata Safrizal Rahman.
Secara kumulatif, Aceh mencatat sebanyak 27 kasus positif COVID-19 dengan rincian 19 orang telah sembuh, satu meninggal dunia, dan tujuh orang masih dalam penanganan petugas medis. | Jawapos
loading...
Post a Comment