StatusAceh.net - Sekilas, masjid berukuran kecil dan sederhana itu tampak biasa saja. Padahal, masjid yang berada di Desa Kuta Karang Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh itu merupakan masjid yang 'besar' dengan sejarahnya.
Itu adalah Masjid Tgk Syiek Kuta Karang. Namanya mungkin tidak seterkenal Masjid Raya Baiturrahman di pusat ibu kota Provinsi Aceh yang menjadi pilihan wisata religi baik bagi wisatawan lokal, nusantara hingga mancanegara. Namun masjid yang tampak terawat itu telah didirikan sejak 1860 oleh ulama besar Aceh, Tengku Syiek Kuta Karang.
"Masjid ini dibangun pertama sekali 1860, itu 13 tahun sebelum kedatangan Belanda ke Aceh, karena Belanda masuk Aceh sekitar tahun 1873," kata Ikhwani, salah seorang warga setempat.
Syekh Abbas bin Muhammad al-Asyi adalah nama asli dari Tgk Syiek Kuta Karang. Selain ulama besar dan pejuang melawan Belanda, ia dikenal sebagai ahli astrolog atau ilmu falak. Bahkan cukup ahli dalam dunia pengobatan pada abad ke 19.
Masjid yang dibangunnya menjadi tempat baginya mengobati masyarakat dan mengajarkan ilmu agama. Sejak dibangun, masjid itu tak banyak berubah rupa aslinya dan hanya mengalami dua kali renovasi.
Menurut Ikhwani, meski tidak banyak, masjid Tgk Syiek Kuta Karang yang hanya berukuran 10x10 meter ini kerap dikunjungi beberapa wisatawan lokal hingga mancanegara, khususnya dari Malaysia. Sebab, banyak karya ulama itu yang disimpan di negeri jiran.
"Sering juga ada wisatawan yang datang ke sini, masyarakat Aceh ada, tapi paling sering itu dari Malaysia," kata Imum Mukim Ulee Susu Muhammad Yusuf.
Tak hanya berkunjung, ada salah satu keluarga dari Malaysia setiap tahunnya mengunjungi masjid Tgk Syiek Kuta Karang ini. Bahkan mereka sering memberikan sumbangan untuk perawatan masjid tua itu. Kabarnya, mereka sangat cinta terhadap peninggalan Tgk Syiek Kuta Karang karena telah banyak mendapatkan referensi ilmu pengobatan dari buku yang dituliskan ulama Aceh itu.
Yusuf mengatakan para wisatawan Malaysia yang datang sering melaksanakan salat di masjid tua ini ketimbang masjid besar yang baru dibangun di sebelahnya itu. Setelah mengunjungi masjid, mereka juga pasti berziarah ke makam Tgk Syiek Kuta Karang yang tidak jauh dari sana.
"Jadi bangunan tempat makam Tgk Syiek Kuta Karang ini juga dibangun oleh wisatawan Malaysia, sehingga bagus seperti ini, mereka sangat perhatian," kata Yusuf.
Sayangnya, menurut Yusuf, masjid tua bersejarah itu saat ini belum tercatat sebagai salah satu situs cagar budaya sehingga tidak memiliki biaya perawatan dari pemerintah. Mereka telah mengusulkan sejak dua tahun lalu, namun belum ada hasil. Ia berharap masjid ini segera ditetapkan jadi situs budaya di Aceh Besar. [Tempo]
loading...
Post a Comment