Sementara Jan Scheepens pernah bertugas pada Korps Marsose di Hindia Belanda. Kakek dan ayahnya adalah mantan serdadu KNIL. Ayah Jan Scheepens terbunuh di Aceh oleh tusukan rencong.
Sebanyak 38 orang dipilih untuk pasukan khusus itu, yakni 8 perwira, 12 sersan dan 18 kopral. Menurut laporan NRC Handelsblad (25/10/1986), Mayor Frits Mollinger mengatakan bahwa pekerjaan mereka di masa depan akan menimbulkan bahaya perang yang lebih dari biasanya. Pada 1 Agustus 1942, didirikan Korps Insulinde. Ini adalah nama samaran dari ide Kapten Pel untuk Netherlands Special Operation (NSO). Korps Insulinde berbasis di Kamp D, di pinggiran Desa Laksapitiya, 20 km ke selatan kota Colombo. Mereka mendapatkan pelatihan gerilya ekstensif. Korps Insulinde mulanya tergabung dalam komando Inggris, namun korps ini lalu di bawah Laksamana Helfrich.
Sebelum Korps Insulinde terbentuk, pada Mei 1942 sebuah penyusupan yang dipimpin Letnan Wijnmalen berakhir gagal. Para penyusup yang dipimpin perwira kelahiran Bogor 1910 itu disikat Kempeitai Jepang. Antara Desember 1942 hingga Agustus 1945, Korps Insulide terlibat dalam 8 operasi rahasia dan 13 pendaratan. Banyak pendaratan mereka dibantu oleh kapal selam.
Pendaratan di Trumun, sebelah barat pulau Sumatra, pada Desember 1942 adalah misi pendaratan pertama. Kapal selam O-24 milik Belanda membantu membawa dua kelompok penyusup. Mayor Pel dan Kapten Scheepens mengantar anak buah mereka dengan perahu karet menuju pantai. Mereka mengumpulkan informasi di Aceh yang menjadi daerah pendudukan Jepang. Selain posisi militer Jepang, mereka berusaha mencari tahu tentang kehidupan perekonomian hingga suasana hati rakyat Aceh. Kedua perwira pengantar itu adalah ahli soal Aceh.
Mayor Mollinger tidak lama memimpin Korps Insulinde. Posisinya digantikan oleh Mayor Pel. Mollinger kemudian dipindahkan ke Suriname. Menurut Jaap de Moor dalam Jenderal Spoor: Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia (2015:165), Mollinger selanjutnya dipekerjakan di Netherlands Forces Intelligence Service (NEFIS) di Australia. Ia bertugas memimpin NEFIS III yang mengurusi pelatihan. Mollinger menduduki jabatan itu sejak Februari 1944. Saat Mollinger memimpin NEFIS III, terjadi gesekan antara orang Indonesia dengan orang Belanda di tubuh KNIL. Sementara itu di bawah komando Mayor Pel, Korps Insulide terus menyusup. Dengan risiko kematian yang senantiasa mengintai, Kapten Scheepens terus berusaha menyusup ke Lhoksumawe dan banyak tempat lainnya di sekitar Aceh.
Baca selengkapnya
loading...
Post a Comment