StatusAceh.Net - Bom mobil meledak di luar sebuah rumah sakit di Kairo, Mesir, menewaskan sedikitnya 20 orang dan puluhan lainnya terluka. Insiden ini dinilai sebagai serangan teroris paling mematikan di Kairo dalam dua tahun terakhir. Demikian disampaikan otoritas Mesir pada Senin (5/8).
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan, ledakan terjadi pada Minggu malam setelah sebuah mobil bermuatan bahan peledak melintas di luar jalur menabrak tiga orang di tembok pembatas Sungai Nil, memicu kekacauan ketika penyelamat bergegas masuk, menurut rekaman yang beredar. Kementerian Dalam Negeri melaporkan sebanyak 47 orang lainnya terluka. Demikian dilansir dari laman The Wall Street Journal, Selasa (6/8).
Awalnya insiden itu disebut sebagai sebuah kecelakaan, namun kemudian Kementerian Dalam Negeri menuding kelompok pemberontak, Hassm, berada di balik teror. Kelompok itu sebelumnya telah melakukan serangkaian serangan menargetkan pasukan keamanan Mesir.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang disebut serangan paling mematikan di Kairo sejak pemboman gereja pada Desember 2016 yang menewaskan 29 orang, menunjukkan bagaimana milisi bersenjata terus menerus menyerang pasukan keamanan Mesir dan warga sipil.
Pada Senin sore, Presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi mengutuk serangan tersebut.
"Saya mengungkapkan duka cita yang sangat mendalam kepada rakyat Mesir dan kepada keluarga korban yang terbunuh dalam insiden teroris pengecut di wilayah Qasr Al-Aini kemarin malam," ungkapnya.
Sisi berjanji memperbaiki sistem keamanan dan stabilitas Mesir setelah naik ke tampuk kekuasaan dalam kudeta militer yang didukung unjuk rasa tahun 2013 yang kemudian melengserkan presiden terpilih Mohammed Morsi. Namun kudeta militer dinilai menambah panas pemberontakan milisi yang berlanjut hingga hari ini.
Ledakan terjadi di depan Lembaga Kanker Nasional Mesir, dimana pecahan kaca dan besi berserakan di jalan. Depan bangunan mengalami kerusakan, puing berserakan di sepanjang blok kota.
Lembaga ini dinilai bukan target serangan, menurut Kementerian Dalam Negeri, yang menyebut milisi telah memindahkan mobil ke target lain yang tidak ditentukan.
Kementerian Kesehatan mengatakan 54 orang dievakuasi dari dalam bangunan Lembaga Kanker Nasional dan dibawa ke rumah sakit lain. Otoritas Mesir mengirim 42 unit ambulans menangani insiden tersebut, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikutip di koran milik pemerintah Al-Ahram.
Gambar yang ditayangkan media Mesir menunjukkan kerusakan parah di dalam bangunan, dengan peralatan dan perabot berserakan di ruang pasien.
Mesir telah bergulat selama bertahun-tahun dengan serangan mematikan oleh ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lain yang telah menewaskan ratusan warga sipil, polisi dan tentara. Pada Mei lalu, 14 orang terluka saat bom pinggir jalan mengenai bus pariwisata di dekat Piramida Giza. Sementara pada Desember 2018, empat orang tewas dalam serangan bom di bus pariwisata di dekat Piramida.
Sementara laju serangan di Kairo dan daerah lain di sepanjang Sungai Nil berkurang selama dua tahun terakhir, militer Mesir terlibat dalam perang dengan gerilyawan ISIS di wilayah Sinai Utara yang terpencil, tempat para militan beroperasi selama bertahun-tahun.
Pemerintah Mesir tidak menyatakan ledakan itu sebagai serangan teror hingga Senin sore, setelah seharian berspekulasi dengan publik tentang penyebab ledakan itu.
Pemerintah Mesir menghadapi kritik di masa lalu tentang penanganan informasi setelah serangan dan bencana transportasi. Pada 2015 setelah sebuah pesawat Rusia jatuh di wilayah Sinai Mesir menewaskan 224 orang, Mesir menolak menyebut insiden itu sebagai serangan teroris sampai Rusia mengumumkan bahwa sebuah bom sebagai penyebab jatuhnya pesawat.| Merdeka.com
Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan, ledakan terjadi pada Minggu malam setelah sebuah mobil bermuatan bahan peledak melintas di luar jalur menabrak tiga orang di tembok pembatas Sungai Nil, memicu kekacauan ketika penyelamat bergegas masuk, menurut rekaman yang beredar. Kementerian Dalam Negeri melaporkan sebanyak 47 orang lainnya terluka. Demikian dilansir dari laman The Wall Street Journal, Selasa (6/8).
Awalnya insiden itu disebut sebagai sebuah kecelakaan, namun kemudian Kementerian Dalam Negeri menuding kelompok pemberontak, Hassm, berada di balik teror. Kelompok itu sebelumnya telah melakukan serangkaian serangan menargetkan pasukan keamanan Mesir.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang disebut serangan paling mematikan di Kairo sejak pemboman gereja pada Desember 2016 yang menewaskan 29 orang, menunjukkan bagaimana milisi bersenjata terus menerus menyerang pasukan keamanan Mesir dan warga sipil.
Pada Senin sore, Presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi mengutuk serangan tersebut.
"Saya mengungkapkan duka cita yang sangat mendalam kepada rakyat Mesir dan kepada keluarga korban yang terbunuh dalam insiden teroris pengecut di wilayah Qasr Al-Aini kemarin malam," ungkapnya.
Sisi berjanji memperbaiki sistem keamanan dan stabilitas Mesir setelah naik ke tampuk kekuasaan dalam kudeta militer yang didukung unjuk rasa tahun 2013 yang kemudian melengserkan presiden terpilih Mohammed Morsi. Namun kudeta militer dinilai menambah panas pemberontakan milisi yang berlanjut hingga hari ini.
Ledakan terjadi di depan Lembaga Kanker Nasional Mesir, dimana pecahan kaca dan besi berserakan di jalan. Depan bangunan mengalami kerusakan, puing berserakan di sepanjang blok kota.
Lembaga ini dinilai bukan target serangan, menurut Kementerian Dalam Negeri, yang menyebut milisi telah memindahkan mobil ke target lain yang tidak ditentukan.
Kementerian Kesehatan mengatakan 54 orang dievakuasi dari dalam bangunan Lembaga Kanker Nasional dan dibawa ke rumah sakit lain. Otoritas Mesir mengirim 42 unit ambulans menangani insiden tersebut, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikutip di koran milik pemerintah Al-Ahram.
Gambar yang ditayangkan media Mesir menunjukkan kerusakan parah di dalam bangunan, dengan peralatan dan perabot berserakan di ruang pasien.
Mesir telah bergulat selama bertahun-tahun dengan serangan mematikan oleh ISIS dan kelompok-kelompok ekstremis lain yang telah menewaskan ratusan warga sipil, polisi dan tentara. Pada Mei lalu, 14 orang terluka saat bom pinggir jalan mengenai bus pariwisata di dekat Piramida Giza. Sementara pada Desember 2018, empat orang tewas dalam serangan bom di bus pariwisata di dekat Piramida.
Sementara laju serangan di Kairo dan daerah lain di sepanjang Sungai Nil berkurang selama dua tahun terakhir, militer Mesir terlibat dalam perang dengan gerilyawan ISIS di wilayah Sinai Utara yang terpencil, tempat para militan beroperasi selama bertahun-tahun.
Pemerintah Mesir tidak menyatakan ledakan itu sebagai serangan teror hingga Senin sore, setelah seharian berspekulasi dengan publik tentang penyebab ledakan itu.
Pemerintah Mesir menghadapi kritik di masa lalu tentang penanganan informasi setelah serangan dan bencana transportasi. Pada 2015 setelah sebuah pesawat Rusia jatuh di wilayah Sinai Mesir menewaskan 224 orang, Mesir menolak menyebut insiden itu sebagai serangan teroris sampai Rusia mengumumkan bahwa sebuah bom sebagai penyebab jatuhnya pesawat.| Merdeka.com
loading...
Post a Comment