StatusAceh.Net - Sejumlah orang yang menamakan diri Ikatan Dai Aceh (IDA) mengirimkan surat kepada kedua pasangan calon dalam Pilpres 2019, meminta agar mereka datang ke Aceh untuk diuji kemampuannya membaca Al-Quran.
Sekretaris IDA Teungku Fatahillah membantah organisasi baru muncul untuk "menggoreng" isu agama dalam pilpres. IDA diklaim sudah terbentuk sejak beberapa tahun lalu, tapi memang belum mencuat ke publik.
"Ada kaidah Arab, ketika kita tidak mengetahui sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada," kata Fatahillah menjawab tudingan organisasinya hanya muncul untuk kepentingan Pilpres 2019, Minggu (30/12).
Fatahillah menyebutkan, IDA sudah ada sejak 2016. Awalnya, organisasi ini dibentuk sebagai wadah berkumpulnya para lulusan pesantren di Aceh yang sering berceramah dari masjid ke masjid saat bulan Ramadhan.
"2016 kami mulai. Awalnya kami anak-anak pesantren yang sering buat safari Ramadan. Karena sering pergi bersama kami buat wadah. Kami dari kampung-kampung ingin ada pengembangan dakwah. Kami juga kajian-kajian," sebutnya.
Mengenai arah politik, Fatahillah menegaskan organisasinya bersikap netral. Permintaan agar calon presiden datang untuk menunjukkan kemampuan membaca Al-Quran bukan untuk menggemboskan suara. Permintaan itu dicuatkan karena para dai di Aceh merasa perlu menjawab opini yang berkembang di masyarakat soal tes baca Al-Quran.
"Karena kami di Aceh ada tes baca Al-Quran untuk caleg dan gubernur. Ada suara-suara dari kawan-kawan, itu presiden perlu kita tes baca Al-Quran juga," sebutnya.
Fatahillah tidak menganggap undangan uji kemampuan membaca Al-Quran para capres akan memperparah politik identitas yang kental dalam Pilpres 2019. Dia malah menilai, saat ini suasana politik identitas sudah kadung kuat.
Sekretaris IDA Teungku Fatahillah membantah organisasi baru muncul untuk "menggoreng" isu agama dalam pilpres. IDA diklaim sudah terbentuk sejak beberapa tahun lalu, tapi memang belum mencuat ke publik.
"Ada kaidah Arab, ketika kita tidak mengetahui sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada," kata Fatahillah menjawab tudingan organisasinya hanya muncul untuk kepentingan Pilpres 2019, Minggu (30/12).
Fatahillah menyebutkan, IDA sudah ada sejak 2016. Awalnya, organisasi ini dibentuk sebagai wadah berkumpulnya para lulusan pesantren di Aceh yang sering berceramah dari masjid ke masjid saat bulan Ramadhan.
"2016 kami mulai. Awalnya kami anak-anak pesantren yang sering buat safari Ramadan. Karena sering pergi bersama kami buat wadah. Kami dari kampung-kampung ingin ada pengembangan dakwah. Kami juga kajian-kajian," sebutnya.
Mengenai arah politik, Fatahillah menegaskan organisasinya bersikap netral. Permintaan agar calon presiden datang untuk menunjukkan kemampuan membaca Al-Quran bukan untuk menggemboskan suara. Permintaan itu dicuatkan karena para dai di Aceh merasa perlu menjawab opini yang berkembang di masyarakat soal tes baca Al-Quran.
"Karena kami di Aceh ada tes baca Al-Quran untuk caleg dan gubernur. Ada suara-suara dari kawan-kawan, itu presiden perlu kita tes baca Al-Quran juga," sebutnya.
Fatahillah tidak menganggap undangan uji kemampuan membaca Al-Quran para capres akan memperparah politik identitas yang kental dalam Pilpres 2019. Dia malah menilai, saat ini suasana politik identitas sudah kadung kuat.
Kita punya capres hasil ijtima, kita punya cawapres Kiai NU. Politik identitas sudah terlanjur ada, kalau mau secara kaffah (total).
- Fatahillah
"Saat ini kita sudah terlanjur ini sudah terlanjur basah," ujar Fatahillah.
Terkait kesiapan berlangsungnya tes baca Al-Quran yang IDA rencanakan juga masih sebatas mengirim surat kepada tim pemenangan calon presiden. Jika nantinya kedua pihak yang diundang setuju dengan usulan mereka, baru tes itu benar-benar direalisasikan.
"Kalau nanti ada balasan, kami bentuk panitia dan hubungi pihak terkait. Kami rasa (Pengurus) Masjid Raya Baiturrahman tidak sulit berikan izin untuk ini, karena kepentingan umat," kata Fatahillah. | Kumparan
Terkait kesiapan berlangsungnya tes baca Al-Quran yang IDA rencanakan juga masih sebatas mengirim surat kepada tim pemenangan calon presiden. Jika nantinya kedua pihak yang diundang setuju dengan usulan mereka, baru tes itu benar-benar direalisasikan.
"Kalau nanti ada balasan, kami bentuk panitia dan hubungi pihak terkait. Kami rasa (Pengurus) Masjid Raya Baiturrahman tidak sulit berikan izin untuk ini, karena kepentingan umat," kata Fatahillah. | Kumparan
loading...
Post a Comment