Kondisi terkini para pengungsi di Rohingya. (Foto: REUTERS/Jorge Silva) |
Myanmar - Genosida terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya di Myanmar terus berlangsung. Masalah ini pun didesak untuk segera dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional.
Keterangan tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Pencari Fakta PBB di Myanmar,Marzuki Darusman, di depan sidang Dewan Keamanan PBB. Ia menyebut yang terjadi saat ini sudah lebih dari genosida.
Dijelaskan Marzuki, saat ini warga Rohingya juga berhadapan dengan ancaman lain seperti pengasingan, pencegahan kelahiran, dan pengusiran dari kamp pengungsian.
"Jadi genosida masih terus berlangsung," sebut Marzuki di markas PBB, New York, seperti dikutip dari AFP, Kamis (25/10).
"Kami anggap dan kami simpulkan niat melakukan genosida dilakukan secara sengaja," sambung dia.
Selain itu, Marzuki menyebut, penyelidikan internal yang dilakukan Pemerintah Myanmar telah terbukti gagal dan tidak efektif.
Krisis kemanusiaan Rohingya pecah pada 2017. Kejadian itu bermula kala kelompok ekstremis Rohingya dituduh menyerang sebuah pos keamanan di perbatasan.
Serangan itu direspons pihak keamanan Myanmar dengan melakukan operasi pembersihan warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine.
Sebelumnya laporan tim penyidik pimpinan Marzuki menyebut 10 ribu warga Rohingya tewas dibantai tentara Myanmar. Sementara 720 ribu lainnya memilih kabur ke Bangladesh. | Kumparan
Keterangan tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Pencari Fakta PBB di Myanmar,Marzuki Darusman, di depan sidang Dewan Keamanan PBB. Ia menyebut yang terjadi saat ini sudah lebih dari genosida.
Dijelaskan Marzuki, saat ini warga Rohingya juga berhadapan dengan ancaman lain seperti pengasingan, pencegahan kelahiran, dan pengusiran dari kamp pengungsian.
"Jadi genosida masih terus berlangsung," sebut Marzuki di markas PBB, New York, seperti dikutip dari AFP, Kamis (25/10).
"Kami anggap dan kami simpulkan niat melakukan genosida dilakukan secara sengaja," sambung dia.
Selain itu, Marzuki menyebut, penyelidikan internal yang dilakukan Pemerintah Myanmar telah terbukti gagal dan tidak efektif.
Krisis kemanusiaan Rohingya pecah pada 2017. Kejadian itu bermula kala kelompok ekstremis Rohingya dituduh menyerang sebuah pos keamanan di perbatasan.
Serangan itu direspons pihak keamanan Myanmar dengan melakukan operasi pembersihan warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine.
Sebelumnya laporan tim penyidik pimpinan Marzuki menyebut 10 ribu warga Rohingya tewas dibantai tentara Myanmar. Sementara 720 ribu lainnya memilih kabur ke Bangladesh. | Kumparan
loading...
Post a Comment