Jakarta - Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan telah menyiapkan satu nama calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Satu nama yang diusulkan berasal dari unsur nonpartai. Hal ini karena PAN mendapatkan informasi Ustaz Abdul Somad dicalonkan sebagai cawapres Prabowo.
Melihat dinamika saat ini, Eddy beranggapan koalisi pendukung Prabowo harus mempertimbangkan cawapres yang berasal dari nonpartai agar mencapai konsensus. Tujuannya agar tidak ada partai yang merasa diuntungkan atau dirugikan.
"Kalau konsensus itu berbasis orang yang berasal bukan dari parpol ya lebih baik itu, karena itu lebih gampang diterima," tegasnya.
Dia yakin dipilihnya cawapres dari luar unsur partai akan lebih mudah diterima semua pihak ketimbang dari partai. Contohnya, ketika PAN mendorong Ustaz Abdul Somad atau Anies Baswedan sebagai cawapres Prabowo.
"Karena pada saat kita melakukan pembicaraan awal UAS merupakan figur yang diterima, Anies juga figur yang diterima karena tidak mewakili parpol manapun," klaimnya.
Gerindra menyatakan nama cawapres Prabowo mengerucut dua nama, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Salim Segaf Al Jufri. Eddy menambahkan partainya akan berkomunikasi lagi dengan Gerindra.
Konsep Meja Kosong
Pihaknya mengusulkan agar koalisi pendukung Prabowo menggunakan konsep 'meja kosong' dimana semua partai berhak menyampaikan aspirasi tapi tidak memaksakan kehendaknya soal cawapres.
"Jadi kita kembali memakai konsep meja kosong. Semua berhak menyatakan pendapat, tapi semua bersepakat tidak pasang harga mati dari awal," tandas Eddy.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan cawapres Prabowo sudah mengerucut ke dua nama, salah satunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Seorang lagi adalah hasil rekomendasi Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF).
Terkait nama hasil Ijtima sendiri, pihaknya lebih mengedepankan nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri karena usulan mitra koalisi mereka, seperti layaknya AHY yang didorong Demokrat.
"Iya tentu dua orang itu. Pokoknya yang diusulkan partai-partai politik itu menjadi prioritas kita," kata dia di kediaman Prabowo Subianto.
Sumber: Merdeka.com
Melihat dinamika saat ini, Eddy beranggapan koalisi pendukung Prabowo harus mempertimbangkan cawapres yang berasal dari nonpartai agar mencapai konsensus. Tujuannya agar tidak ada partai yang merasa diuntungkan atau dirugikan.
"Kalau konsensus itu berbasis orang yang berasal bukan dari parpol ya lebih baik itu, karena itu lebih gampang diterima," tegasnya.
Dia yakin dipilihnya cawapres dari luar unsur partai akan lebih mudah diterima semua pihak ketimbang dari partai. Contohnya, ketika PAN mendorong Ustaz Abdul Somad atau Anies Baswedan sebagai cawapres Prabowo.
"Karena pada saat kita melakukan pembicaraan awal UAS merupakan figur yang diterima, Anies juga figur yang diterima karena tidak mewakili parpol manapun," klaimnya.
Gerindra menyatakan nama cawapres Prabowo mengerucut dua nama, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Salim Segaf Al Jufri. Eddy menambahkan partainya akan berkomunikasi lagi dengan Gerindra.
Konsep Meja Kosong
Pihaknya mengusulkan agar koalisi pendukung Prabowo menggunakan konsep 'meja kosong' dimana semua partai berhak menyampaikan aspirasi tapi tidak memaksakan kehendaknya soal cawapres.
"Jadi kita kembali memakai konsep meja kosong. Semua berhak menyatakan pendapat, tapi semua bersepakat tidak pasang harga mati dari awal," tandas Eddy.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan cawapres Prabowo sudah mengerucut ke dua nama, salah satunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Seorang lagi adalah hasil rekomendasi Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF).
Terkait nama hasil Ijtima sendiri, pihaknya lebih mengedepankan nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri karena usulan mitra koalisi mereka, seperti layaknya AHY yang didorong Demokrat.
"Iya tentu dua orang itu. Pokoknya yang diusulkan partai-partai politik itu menjadi prioritas kita," kata dia di kediaman Prabowo Subianto.
Sumber: Merdeka.com
loading...
Post a Comment