PANJAT TIANG: Yohanes Ande Kala, memanjat tiang bendera saat upacara HUT Kemerdekaan di Lapangan Pantai Montaain, Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Jumat (17/8). (ISTIMEWA) |
ATAMBUA - Sebelum melakukan aksi heroik Yohanes Gama Marchal Lau (nama sesuai akta) atau Yohanes Ande Kala (nama sesuai di ijazah) atau Johny (panggilan akrabnya) memanjat tiang bendera di Lapangan di Atambua Kabupaten Belu, NTT, Jumat (17/8), ternyata sempat sakit. Beruntung diberi obat oleh bidan setempat sehingga dia bisa memanjat tiang bendera hingga dia dipanggil ke Istana oleh Presiden Joko WIdodo.
Bocah 14 tahun kelahiran 2004 lalu ini mengaku setelah mendengar imbauan J. T. Ose Luan, dirinya langsung spontan meninggalkan barisannya dan menuju tiang bendera untuk menjemput ujung tali bendera dari puncak tiang bendera. Siswa kelas I SMPN Silawan ini mengakui kondisi kesehatannya sempat terganggu sebelum mengikuti upacara bendera.
"Sebelumnya perut saya sakit tapi untung ibu bidan kasi obat untuk saya minum setelah itu baru pergi ikut upacara. Begitu dengar imbauan pak wakil bupati langsung saya lari menuju tiang bendera dan panjat tiang bendera untuk ambil ujung tali bendera yang tersangkut di puncak tiang bendera," ungkap Johni.
Keputusan untuk mengambil ujung tali bendera dari puncak tiang bendera menurut Johni tanpa diiming iming tertentu. "Kebetulan saya biasa panjang pohon pinang kelapa dan pohon lainnya. Jadi saya optimis pasti berhasil panjat tiang bendera dan bawa turun tali benderanya," ujarnya.
Sementara bapak kandung Johni, Victorino Fahik Marchal mengaku bangga dengan upaya putranya untuk menurunkan tali bendera merah putih dari puncak tiang bendera kemarin pagi. Marchal juga mengaku terkejut saat mendengar putranya bisa berjuang mengambil ujung tali bendera merah putih dari puncak tiang ketika berlangsung upacara peringatan HUT proklamasi kemerdekaan RI ke 73.
"Sebagai warga negara Indonesia ex Timtim saya bangga dengan perjuangan anak saya. Sebab walaupun masih kecil tapi dia sudah punya semangat nasionalisme demi NKRI," ujar Fahik Marchal. | Jawapos
Bocah 14 tahun kelahiran 2004 lalu ini mengaku setelah mendengar imbauan J. T. Ose Luan, dirinya langsung spontan meninggalkan barisannya dan menuju tiang bendera untuk menjemput ujung tali bendera dari puncak tiang bendera. Siswa kelas I SMPN Silawan ini mengakui kondisi kesehatannya sempat terganggu sebelum mengikuti upacara bendera.
"Sebelumnya perut saya sakit tapi untung ibu bidan kasi obat untuk saya minum setelah itu baru pergi ikut upacara. Begitu dengar imbauan pak wakil bupati langsung saya lari menuju tiang bendera dan panjat tiang bendera untuk ambil ujung tali bendera yang tersangkut di puncak tiang bendera," ungkap Johni.
Keputusan untuk mengambil ujung tali bendera dari puncak tiang bendera menurut Johni tanpa diiming iming tertentu. "Kebetulan saya biasa panjang pohon pinang kelapa dan pohon lainnya. Jadi saya optimis pasti berhasil panjat tiang bendera dan bawa turun tali benderanya," ujarnya.
Sementara bapak kandung Johni, Victorino Fahik Marchal mengaku bangga dengan upaya putranya untuk menurunkan tali bendera merah putih dari puncak tiang bendera kemarin pagi. Marchal juga mengaku terkejut saat mendengar putranya bisa berjuang mengambil ujung tali bendera merah putih dari puncak tiang ketika berlangsung upacara peringatan HUT proklamasi kemerdekaan RI ke 73.
"Sebagai warga negara Indonesia ex Timtim saya bangga dengan perjuangan anak saya. Sebab walaupun masih kecil tapi dia sudah punya semangat nasionalisme demi NKRI," ujar Fahik Marchal. | Jawapos
loading...
Post a Comment