Prabowo dan Sandi foto bersama usai melakukan konfrensi pers di Gedung KPU, Jakrta, Jumat (10/8/2018). (Foto: Fanny Kusumawrdhani/kumparan) |
Jakarta - Nama Sandiaga Uno menyalip di hari terakhir sebagai calon wakil presiden Prabowo. Karier politik Sandi, satu dari 100 orang terkaya di Indonesia versi majalah Globe Asia, melejit cepat.
Setelah 18 bulan mengejar posisi Wakil Gubernur DKI Jakarta, jabatan yang baru dinikmatinya selama 10 bulan, kini ia sudah menatap target baru: wakil presiden Indonesia. Tiket keikutsertaannya di Pemilu Presiden 2019 itu harus ia peroleh dengan jalan memutar dan mahal.
Selesai Prabowo diberi mandat oleh partainya untuk kembali maju di pilpres, Sandi ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Pemilu Gerindra. Selang tiga bulan, akhir Juli, ia memilih mundur dari posisi tersebut dan tak lagi mau menanggapi perihal copras capres 2019.
Sebelumnya, pada satu hari di bulan Juli, Sandiaga ikut hadir ketika Anies Baswedan dipanggil dan dipinang sebagai calon wakil presiden Prabowo. Namun, Anies menolak tawaran tiket wakil presiden itu.
"Sesudah saya menyampaikan tidak (ingin jadi cawapres), baru Pak Sandi (ditawarkan)," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis (9/8).
Selain karena larangan kepala daerah menjadi tim kampanye di pilpres, pilihan Sandi mundur dari ketua tim pemenangan disinyalir sebagai salah satu kode bahwa namanya mulai masuk dalam pertimbangan calon pendamping Prabowo.
“Nama Sandi memang muncul sebelum Ijtima Ulama,” ujar salah satu politisi partai koalisi Prabowo. Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama digelar pada 27-29 Juli dan menghasilkan nama Salim Segaf Al Jufri dan Ustaz Abdul Somad sebagai rekomendasi pendamping Prabowo di Pilpres 2019.
Baca Selanjutnya
loading...
Post a Comment