Pelari Difabel di Bhayangkara Run 2017. (VIVA.co.id / Irwandi) |
StatusAceh.Net - Keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Kata ini mungkin paling cocok untuk Hariyan Tuah Miko (19 tahun) dan puluhan penyandang disabilitas lainnya yang mengikuti lomba lari 'Bhayangkara Run 2017'.
Miko merupakan satu dari 71 peserta kaum difabel yang ikut lari bersama 10 ribu peserta lainnya dalam lomba memperingati hari Bhayangkara ke 71 di kawasan lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu 16 Juli 2017.
Dengan keterbatasan kaki sebelah kiri yang diamputasi sejak lahir, tidak membuat Miko berkecil hati. Bahkan dia ikut dalam lomba lari untuk kategeri lomba lari 5 Kilometer.
"Ikut lari juga lima kilo tadi," kata Miko usai mencapai garis finish lomba lari Bhayangkara Run 2017 di lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu 16 Juli 2017.
Dengan menggunakan tongkat untuk menopang badan sebelah kanan, Miko tampak tak sedikit pun mengeluhkannya saat berlari. Sementara teman-temanya yang menggunakan kursi roda juga ikut lomba lari dengan mendayung kursi rodanya.
Ikut lomba lari bukan menjadi hal yang baru buat Miko. Dia sudah beberapa kali ikut lomba lari kategori lomba lari 5 Kilomter, salah satunya saat mengikuti di Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu sebelum bulan suci Ramadan. Bahkan pemuda asal Kabupaten Takengon, Aceh ini sudah menorehkan sejumlah prestasi untuk lomba lari khusus penyandang disabilitas.
"Saya sempat jadi atlit lari untuk difabel. Pernah ngikutin lomba lari khusus kaum difabel tingkat nasional. Di tinggat daerah, di tingkat provinsi pernah juara, di Aceh. Yang lari 200 meter juara 1 100 meter juara 2," ujarnya.
Miko dan teman-temanya dari penyandang disabilitas yang ikut Bhayangkara Run 2017 punya kesan tersendiri terhadap Bhayangkara Run 2017 yang digelar dalam rangka memperingati hari Bhayangkara ke 71 ini. Miko yang tengah belajar fotografi di Jakarta ini merasa sangat senang kaum difabel di undang dan digratiskan ikut lomba.
Menurut dia ini sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap penyandang disabilitas. Apalagi, kata dia, setelah terbitnya Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, mereka merasa semakin percaya diri dan tidak ada pembedaan dalam masyarakat.
"Kesannya sangat menyenangkan. Selama ada Undang-undang nomor 8 tahun 2016 kepedulian pemerintah terhadap kaum disabiltas udah bagus. Apalagi di kota, bagus. Di daerah juga udah mulai bagus pemerintah terhadap difabel," ujarnya.(Viva)
Miko merupakan satu dari 71 peserta kaum difabel yang ikut lari bersama 10 ribu peserta lainnya dalam lomba memperingati hari Bhayangkara ke 71 di kawasan lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu 16 Juli 2017.
Dengan keterbatasan kaki sebelah kiri yang diamputasi sejak lahir, tidak membuat Miko berkecil hati. Bahkan dia ikut dalam lomba lari untuk kategeri lomba lari 5 Kilometer.
"Ikut lari juga lima kilo tadi," kata Miko usai mencapai garis finish lomba lari Bhayangkara Run 2017 di lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu 16 Juli 2017.
Dengan menggunakan tongkat untuk menopang badan sebelah kanan, Miko tampak tak sedikit pun mengeluhkannya saat berlari. Sementara teman-temanya yang menggunakan kursi roda juga ikut lomba lari dengan mendayung kursi rodanya.
Ikut lomba lari bukan menjadi hal yang baru buat Miko. Dia sudah beberapa kali ikut lomba lari kategori lomba lari 5 Kilomter, salah satunya saat mengikuti di Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu sebelum bulan suci Ramadan. Bahkan pemuda asal Kabupaten Takengon, Aceh ini sudah menorehkan sejumlah prestasi untuk lomba lari khusus penyandang disabilitas.
"Saya sempat jadi atlit lari untuk difabel. Pernah ngikutin lomba lari khusus kaum difabel tingkat nasional. Di tinggat daerah, di tingkat provinsi pernah juara, di Aceh. Yang lari 200 meter juara 1 100 meter juara 2," ujarnya.
Miko dan teman-temanya dari penyandang disabilitas yang ikut Bhayangkara Run 2017 punya kesan tersendiri terhadap Bhayangkara Run 2017 yang digelar dalam rangka memperingati hari Bhayangkara ke 71 ini. Miko yang tengah belajar fotografi di Jakarta ini merasa sangat senang kaum difabel di undang dan digratiskan ikut lomba.
Menurut dia ini sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap penyandang disabilitas. Apalagi, kata dia, setelah terbitnya Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, mereka merasa semakin percaya diri dan tidak ada pembedaan dalam masyarakat.
"Kesannya sangat menyenangkan. Selama ada Undang-undang nomor 8 tahun 2016 kepedulian pemerintah terhadap kaum disabiltas udah bagus. Apalagi di kota, bagus. Di daerah juga udah mulai bagus pemerintah terhadap difabel," ujarnya.(Viva)
loading...
Post a Comment