Selat Malaka. Foto/Istimewa/Wikipedia |
JAKARTA - Wilayah barat Indonesia menjadi kawasan
paling rawan penyelundupan narkoba. Sebab, Selat Malaka yang terletak di
barat sangat luas sehingga tidak maksimal pengawasannya.
Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, pihaknya mencatat ada 18 ribu garis pantai sehingga banyak sekali pelabuhan tikus yang dimanfaatkan oleh para penyelundup terutama narkoba.
"Tapi kita mendapatkan data yang terbanyak ada di kawasan barat Indonesia yaitu di Sumatera," katanya, Kamis (20/7/2017).
Menurutnya, selain kawasan barat, di kawasan timur juga ada beberapa wilayah yang terbilang cukup rawan walaupun kegiatan ilegalnya tidak terlalu banyak seperti di barat. "Karena itu kita membentuk dua satgas. Di barat diberi sandi Sriwijaya dan untuk wilayah timur diberi sandi Wallacea," ujarnya.
Dua sektor ini menjadi perhatian khusus. Tidak hanya narkoba, tapi ada juga selundupan lain. Kawasan barat seperti Selat Malaka menjadi wilayah patroli khusus. Untuk kawasan timur yaitu di Selat Karimata hingga sebelah timur Bitung yang berbatasan dengan Filipina juga menjadi kawasan patroli khusus.
"Tim kami juga tidak bekerja sendiri, karena kami selalu bersinergi dengan TNI, Pol Air, dan Bakamla," tegasnya.
Pihaknya sampai saat ini memilik 189 kapal patroli yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan luas 18 ribu garis pantai, sinergitas sangat penting untuk melakukan pengawasan.
Dia menjelaskan, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, pihaknya mendapatkan informasi ada kapal penyelundup narkoba dari Anyer yang sedang melarikan diri menuju Taiwan.
"Akhirnya kita langsung melakukan pengejaran, kita sudah mengetahui jalurnya kalau ke Anyer maka mereka akan melalui jalur barat," jelasnya.
Akhirnya, kapal tersebut berhasil ditangkap di perairan Batan dan digiring ke Pelabuhan Bea Cukai Batam. (Sindonews)
Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, pihaknya mencatat ada 18 ribu garis pantai sehingga banyak sekali pelabuhan tikus yang dimanfaatkan oleh para penyelundup terutama narkoba.
"Tapi kita mendapatkan data yang terbanyak ada di kawasan barat Indonesia yaitu di Sumatera," katanya, Kamis (20/7/2017).
Menurutnya, selain kawasan barat, di kawasan timur juga ada beberapa wilayah yang terbilang cukup rawan walaupun kegiatan ilegalnya tidak terlalu banyak seperti di barat. "Karena itu kita membentuk dua satgas. Di barat diberi sandi Sriwijaya dan untuk wilayah timur diberi sandi Wallacea," ujarnya.
Dua sektor ini menjadi perhatian khusus. Tidak hanya narkoba, tapi ada juga selundupan lain. Kawasan barat seperti Selat Malaka menjadi wilayah patroli khusus. Untuk kawasan timur yaitu di Selat Karimata hingga sebelah timur Bitung yang berbatasan dengan Filipina juga menjadi kawasan patroli khusus.
"Tim kami juga tidak bekerja sendiri, karena kami selalu bersinergi dengan TNI, Pol Air, dan Bakamla," tegasnya.
Pihaknya sampai saat ini memilik 189 kapal patroli yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan luas 18 ribu garis pantai, sinergitas sangat penting untuk melakukan pengawasan.
Dia menjelaskan, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, pihaknya mendapatkan informasi ada kapal penyelundup narkoba dari Anyer yang sedang melarikan diri menuju Taiwan.
"Akhirnya kita langsung melakukan pengejaran, kita sudah mengetahui jalurnya kalau ke Anyer maka mereka akan melalui jalur barat," jelasnya.
Akhirnya, kapal tersebut berhasil ditangkap di perairan Batan dan digiring ke Pelabuhan Bea Cukai Batam. (Sindonews)
loading...
Post a Comment