![]() |
Maya Julianti (pakai baju paskibra), berfoto bersama ibu dan adiknya di depan gubuk tua yang merupakan sebagai kediamannya, Foto: istimewa |
Lhoksukon - Matanya terus menerawang dan raut mukanya yang diselimuti dengan aura kesedihan, saat perempuan yang menyimpan segudang prestasi itu menceritakan kondisi rumahnya yang sudah tidak layak huni lagi.
Namanya Maya Julianti,18, masih duduk di kelas 2 SMAN Senuddon, Aceh Utara. Ia bersama ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, terpaksa menempati gubuk tua yang sudah tidak layak huni lagi.
Meskipun dirinya memiliki sejumlah kekurangan dan terutama dalam hal finansial, namun tidak menyurutkan semangatnya dalam mencetak sejumlah prestasi di bidang Pramuka dan saat sekarang ini, ia tercatat sebagai anggota Paskibra Aceh Utara.
Ia tinggal di Cot Trueng, Kemukiman Kuta Piadah, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara. Kediamannya itu merupakan sebuah gubuk tua, yang berdinding tepas lapuk dan kondisinya sungguh sangat memprihatinkan.
Rumah itu berukuran 3x6 meter dan beratap rumbia, serta berlantai tanah. Bukan hanya itu, semua aktivitas sehari-hari, baik untuk memasak dan tidur. Semuanya dilakukan satu ruangan, karena tidak ada kamar sama sekali.
“Hanya seperti inilah rumah kami dan ini merupakan harta kami satu-satunya. Sampai sekarang ini kami belum mampu untuk merehab kediaman kami, karena keterbatasan biaya,” ujar Maya.
Apabila sedang terjadi hujan, maka mereka terpaksa harus menampung air dari dalam, karena rumah tersebut banyak yang bocor dan juga belum terpasang jaringan instalasi listrik dari PLN.
Setelah ditinggal pergi oleh bapak, kini ibunya yang bernama Maimunah,45, menjadi tulang punggu keluarga, yang bekerja sebagai penumbuk tepung dan upah dari pekerjaan itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Upah yang diperoleh dari menumbuk tepung sebesar Rp 30 ribu dan upah tersebut tidak rutin didapati dalam setiap harinya. Bahkan disaat tidak memiliki uang sama sekali, warga disekitar juga ikut membantu.
“Upah dari menumbuk tepung yaitu sebesar Rp 30 ribu dan itu tidak setiap harinya kami dapatkan, karena tergantung dari banyak atau tidaknya orang yang meminta untuk menumbuk tepung,” tutur Maya.
Semoga saja nantinya ada orang yang dermawan bisa membantu dan memberika rumah yang layak bagai Maya dan keluarganya. Sehingga bisa merasakan hidup ditempat yang layak huni.(Sumber: harian waspada)
Namanya Maya Julianti,18, masih duduk di kelas 2 SMAN Senuddon, Aceh Utara. Ia bersama ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, terpaksa menempati gubuk tua yang sudah tidak layak huni lagi.
Meskipun dirinya memiliki sejumlah kekurangan dan terutama dalam hal finansial, namun tidak menyurutkan semangatnya dalam mencetak sejumlah prestasi di bidang Pramuka dan saat sekarang ini, ia tercatat sebagai anggota Paskibra Aceh Utara.
Ia tinggal di Cot Trueng, Kemukiman Kuta Piadah, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara. Kediamannya itu merupakan sebuah gubuk tua, yang berdinding tepas lapuk dan kondisinya sungguh sangat memprihatinkan.
Rumah itu berukuran 3x6 meter dan beratap rumbia, serta berlantai tanah. Bukan hanya itu, semua aktivitas sehari-hari, baik untuk memasak dan tidur. Semuanya dilakukan satu ruangan, karena tidak ada kamar sama sekali.
“Hanya seperti inilah rumah kami dan ini merupakan harta kami satu-satunya. Sampai sekarang ini kami belum mampu untuk merehab kediaman kami, karena keterbatasan biaya,” ujar Maya.
Apabila sedang terjadi hujan, maka mereka terpaksa harus menampung air dari dalam, karena rumah tersebut banyak yang bocor dan juga belum terpasang jaringan instalasi listrik dari PLN.
Setelah ditinggal pergi oleh bapak, kini ibunya yang bernama Maimunah,45, menjadi tulang punggu keluarga, yang bekerja sebagai penumbuk tepung dan upah dari pekerjaan itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Upah yang diperoleh dari menumbuk tepung sebesar Rp 30 ribu dan upah tersebut tidak rutin didapati dalam setiap harinya. Bahkan disaat tidak memiliki uang sama sekali, warga disekitar juga ikut membantu.
“Upah dari menumbuk tepung yaitu sebesar Rp 30 ribu dan itu tidak setiap harinya kami dapatkan, karena tergantung dari banyak atau tidaknya orang yang meminta untuk menumbuk tepung,” tutur Maya.
Semoga saja nantinya ada orang yang dermawan bisa membantu dan memberika rumah yang layak bagai Maya dan keluarganya. Sehingga bisa merasakan hidup ditempat yang layak huni.(Sumber: harian waspada)
loading...
Post a Comment