Malang - Haru menyelimuti rumah di Jalan Kauman 72 RT 7 RW 2 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pelayat terus berdatangan di rumah duka almarhum H Miftach Arifin yang letaknya persis di sebelah barat Masjid Jami Babus Salam.
Miftach Arifin, pria berusia 63 tahun itu meninggal dunia pada Selasa malam, 3 Januari 2017, dalam posisi sujud di dalam Masjid Jami Babus Salam. Saat itu, ia menunaikan ibadah salat sunah bada Isya.
Meninggalnya Miftach sempat direkam dalam video, diunggah dan menjadi viral di jejaring sosial Facebook.
"Ibu dan keluarga besar ikhlas dengan kepergian bapak. Keluarga memutuskan tidak perlu dibawa ke rumah sakit untuk memastikan penyebab meninggalnya bapak," kata Imam Affandi, putra kedua almarhum Miftach Arifin ditemui di rumah duka di Malang, Kamis (5/1/2017).
Menurut Imam, sebelum kejadian itu tidak ada tanda jika bapaknya sedang sakit. Meski memiliki riwayat penyakit diabetes, tak sampai mengganggu aktivitas Miftach Arifin. Sehari–hari, sang bapak tetap aktif di berbagai kegiatan sosial di kampung.
"Bapak tidak bekerja, hanya di rumah saja dan aktif di kegiatan masyarakat. Kalau ada warga yang meninggal, bapak turut membantu memandikan jenazah," ucap Imam.
Miftach Arifin diketahui sudah dua kali berangkat ibadah haji. Ia dikaruniai lima orang anak dengan dua di antaranya masih tinggal satu rumah. Pihak keluarga juga tak tahu video meninggalnya sang bapak beredar di dunia maya.
"Ibu menyayangkan kenapa video itu sampai beredar luas. Ibu takut video itu malah jadi berlebihan," ujar Imam.
Muhammad Sueb, marbot atau pengurus Masjid Jami Babus Salam adalah orang yang pertama mengetahui Miftach Arifin meninggal dunia. Usai salat isya, sebagian jamaah melanjutkan salat sunat bada isya.
Sampai pukul 19.35 WIB, saat jamaah sudah pulang, Miftach masih terlihat sujud. "Saya mau menutup pintu masjid, tapi beliau masih sujud. Jadi saya tunggu sekitar 10 menit," kata Sueb.
Sueb sempat mendengar napas Miftach dua kali saat mendekatinya. Setelah ditunggu lama dan masih tetap bersujud, kembali mendekat ke almarhum. Karena takut terjadi sesuatu, Sueb memanggil temannya, termasuk Ketua RW 2 Hanafi serta istri almarhum ke dalam masjid.
"Saya sempat merinding. Pak RW juga datang dan membopong tubuh almarhum ke tempat tidur rumah. Saya ajak teman karena takut nanti keluarganya tanya macam-macam. Saat itulah diketahui telah meninggal dunia," tutur Sueb.
Almarhum Miftach Arifin dikenal sebagai pribadi yang baik. Selalu ke masjid untuk menjalankan ibadah salat lima waktu. Aktif di pengajian kampung dan suka bercanda. Seluruh warga sekitar merasa kehilangan dengan meninggalnya Miftach.
Hanafi, Ketua RW 2 Kauman Lawang mengakui dia merekam kejadian duka itu tanpa maksud apapun. Ia juga heran video itu cepat beredar ke masyarakat sampai diunggah ke situs berbagi video.
"Ada warga yang meminta video itu ya saya kasih. Tapi tak tahu kalau akhirnya beredar luas," tutur Hanafi yang naik haji bareng almarhum pada 2010 lalu.
Menurut dia, almarhum dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan sering bercanda. Masyarakat setempat, terutama jamaah pengajian, mengaku iri dengan meninggalnya Miftach yang dinilai dalam posisi suci saat menjalankan ibadah.
"Beliau orangnya istiqomah, semua warga merasa kehilangan. Meninggalnya beliau juga khusnul khotimah, dalam keadaan suci," kata Hanafi.(Sumber: Liputan6.com)
Miftach Arifin, pria berusia 63 tahun itu meninggal dunia pada Selasa malam, 3 Januari 2017, dalam posisi sujud di dalam Masjid Jami Babus Salam. Saat itu, ia menunaikan ibadah salat sunah bada Isya.
Meninggalnya Miftach sempat direkam dalam video, diunggah dan menjadi viral di jejaring sosial Facebook.
"Ibu dan keluarga besar ikhlas dengan kepergian bapak. Keluarga memutuskan tidak perlu dibawa ke rumah sakit untuk memastikan penyebab meninggalnya bapak," kata Imam Affandi, putra kedua almarhum Miftach Arifin ditemui di rumah duka di Malang, Kamis (5/1/2017).
Menurut Imam, sebelum kejadian itu tidak ada tanda jika bapaknya sedang sakit. Meski memiliki riwayat penyakit diabetes, tak sampai mengganggu aktivitas Miftach Arifin. Sehari–hari, sang bapak tetap aktif di berbagai kegiatan sosial di kampung.
"Bapak tidak bekerja, hanya di rumah saja dan aktif di kegiatan masyarakat. Kalau ada warga yang meninggal, bapak turut membantu memandikan jenazah," ucap Imam.
Miftach Arifin diketahui sudah dua kali berangkat ibadah haji. Ia dikaruniai lima orang anak dengan dua di antaranya masih tinggal satu rumah. Pihak keluarga juga tak tahu video meninggalnya sang bapak beredar di dunia maya.
"Ibu menyayangkan kenapa video itu sampai beredar luas. Ibu takut video itu malah jadi berlebihan," ujar Imam.
Muhammad Sueb, marbot atau pengurus Masjid Jami Babus Salam adalah orang yang pertama mengetahui Miftach Arifin meninggal dunia. Usai salat isya, sebagian jamaah melanjutkan salat sunat bada isya.
Sampai pukul 19.35 WIB, saat jamaah sudah pulang, Miftach masih terlihat sujud. "Saya mau menutup pintu masjid, tapi beliau masih sujud. Jadi saya tunggu sekitar 10 menit," kata Sueb.
Sueb sempat mendengar napas Miftach dua kali saat mendekatinya. Setelah ditunggu lama dan masih tetap bersujud, kembali mendekat ke almarhum. Karena takut terjadi sesuatu, Sueb memanggil temannya, termasuk Ketua RW 2 Hanafi serta istri almarhum ke dalam masjid.
"Saya sempat merinding. Pak RW juga datang dan membopong tubuh almarhum ke tempat tidur rumah. Saya ajak teman karena takut nanti keluarganya tanya macam-macam. Saat itulah diketahui telah meninggal dunia," tutur Sueb.
Almarhum Miftach Arifin dikenal sebagai pribadi yang baik. Selalu ke masjid untuk menjalankan ibadah salat lima waktu. Aktif di pengajian kampung dan suka bercanda. Seluruh warga sekitar merasa kehilangan dengan meninggalnya Miftach.
Hanafi, Ketua RW 2 Kauman Lawang mengakui dia merekam kejadian duka itu tanpa maksud apapun. Ia juga heran video itu cepat beredar ke masyarakat sampai diunggah ke situs berbagi video.
"Ada warga yang meminta video itu ya saya kasih. Tapi tak tahu kalau akhirnya beredar luas," tutur Hanafi yang naik haji bareng almarhum pada 2010 lalu.
Menurut dia, almarhum dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan sering bercanda. Masyarakat setempat, terutama jamaah pengajian, mengaku iri dengan meninggalnya Miftach yang dinilai dalam posisi suci saat menjalankan ibadah.
"Beliau orangnya istiqomah, semua warga merasa kehilangan. Meninggalnya beliau juga khusnul khotimah, dalam keadaan suci," kata Hanafi.(Sumber: Liputan6.com)
Almarhum meninggal dalam posisi sujud di dalam masjid saat menjalankan salat bakdia isya |
loading...
Post a Comment