Astuti, Istri korban (Muchlisin)Penembakan Aceh Timur |
StatusAceh.Net - “Aku pergi sama ayah sampai jauh sana. Kemudian saat mau naik kereta (sepeda motor-red) ayah ditembak, Azam menangis,” ungkap seorang warga mengutip pembicaraan Azam. Bocah empat tahun itu adalah anak Muchlisin (31), warga Gampong Kuala Idi, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur yang tewas ditembak, Selasa (6/12) pukul 10.00 WIB di jalan Gampong Meunasah Keutapang, Kecamatan Darul Aman.
Ibu Azam bersama Astuti SPd. Saat ditanyai Serambi kemarin di RSUD dr Zubir Mahmud, Idi Rayeuk, wanita itu mengaku bahwa Azam dalam keadaan sehat pascainsiden tersebut. Namun, ia tampaknya trauma karena sering mengucap bahwa ayahnya tewas ditembak.
Seperti dituturkan Astuti, saat suaminya berangkat dari rumah bersama Azam, sang istri sedang mengajar di SMP Idi Rayeuk. Sedangkan anak sulungnya, Zaul (5) sedang sekolah di TK.
Astuti tampak bersedih karena suaminya meninggal secara tragis. Seolah kematian suaminya harus berakhir di ujung peluru. Apalagi sebelumnya, kedua abang korban juga meninggal akibat ditembak.
Bukan saja Astusi, para pelayat ke ruaang instalasi gawat darurat RSUD dr Zubir Mahmud itu pun diliputi suasana duka, mulai pukul 13.00-17 00 WIB.
Para sanak famili dan sahabat korban silih berganti masuk ke ruang IGD dengan mata berkaca-kaca saat melihat jasad korban. Sebagian keluarga korban bahkan membacakan Surah Yasin di samping jenazah korban.
Dalam suasana duka tersebut, Serambi sempat bertanya kepada istri korban, mengenai kondisi anaknya, Azam. “Alhamdulillah Azam sehat,” jawab Astuti.
Beberapa jam sebelumnya, bocah itu ditemukan menangis dalam pelukan ayahnya yang bersimbah darah dan tak lagi bernyawa. Terlalu dini dan rumit bagi Azam untuk memahami mengapa ayahnya ditembak. Dia hanya bisa bilang, “Ayah ditembak saat mau naik kereta.”
Kereta yang dia maksud bukanlah kereta api, melainkan sepeda motor Honda Scoopy biru, kendaraan yang digunakan ayahnya untuk membawanya jalan-jalan. Dan, itulah perjalanan terakhir antara sang ayah dengan anak kesayangannya. (Serambinews)
Ibu Azam bersama Astuti SPd. Saat ditanyai Serambi kemarin di RSUD dr Zubir Mahmud, Idi Rayeuk, wanita itu mengaku bahwa Azam dalam keadaan sehat pascainsiden tersebut. Namun, ia tampaknya trauma karena sering mengucap bahwa ayahnya tewas ditembak.
Seperti dituturkan Astuti, saat suaminya berangkat dari rumah bersama Azam, sang istri sedang mengajar di SMP Idi Rayeuk. Sedangkan anak sulungnya, Zaul (5) sedang sekolah di TK.
Astuti tampak bersedih karena suaminya meninggal secara tragis. Seolah kematian suaminya harus berakhir di ujung peluru. Apalagi sebelumnya, kedua abang korban juga meninggal akibat ditembak.
Bukan saja Astusi, para pelayat ke ruaang instalasi gawat darurat RSUD dr Zubir Mahmud itu pun diliputi suasana duka, mulai pukul 13.00-17 00 WIB.
Para sanak famili dan sahabat korban silih berganti masuk ke ruang IGD dengan mata berkaca-kaca saat melihat jasad korban. Sebagian keluarga korban bahkan membacakan Surah Yasin di samping jenazah korban.
Dalam suasana duka tersebut, Serambi sempat bertanya kepada istri korban, mengenai kondisi anaknya, Azam. “Alhamdulillah Azam sehat,” jawab Astuti.
Beberapa jam sebelumnya, bocah itu ditemukan menangis dalam pelukan ayahnya yang bersimbah darah dan tak lagi bernyawa. Terlalu dini dan rumit bagi Azam untuk memahami mengapa ayahnya ditembak. Dia hanya bisa bilang, “Ayah ditembak saat mau naik kereta.”
Kereta yang dia maksud bukanlah kereta api, melainkan sepeda motor Honda Scoopy biru, kendaraan yang digunakan ayahnya untuk membawanya jalan-jalan. Dan, itulah perjalanan terakhir antara sang ayah dengan anak kesayangannya. (Serambinews)
loading...
Post a Comment