![]() |
SEPERTI PELIHARAAN: Sumirah menuntun Medi dengan tangan terantai menuju kamar isolasinya. |
ZAKKI TAMAMI, Tuban,
Mei Dias Jati Irawan, 7, bukan bocah biasa. Perilakunya sangat agresif. Keluarganya pun separuh menyerah. Kini Medi diperlakukan (maaf) seperti peliharaan oleh orang-orang terdekatnya. Dengan kondisi telanjang bulat, dia dirantai dan diisolasi di sebuah kamar dekat kandang kambing.
RABU (5/10) pagi itu, Medi, panggilan akbar Mei Dias Jati Irawan duduk terdiam di depan rumahnya, Dusun Ngulahan, Desa Ngulahan, Kecamatan Tambakboyo. Seperti biasa dia telanjang bulat. Tanpa selempar kain pun menempel di tubuhnya yang dekil. Selama berdiam diri, dia lebih banyak diam. Tatapan matanya kosong.
Bocah itu langsung beranjak berdiri saat wartawan koran ini mendekatinya. Ekspresinya pun berubah. Sambil menatap, dia tersenyum lebar.
Meski beberapa kali dijepret kamera, bocah itu tetap fokus menatap. Tatapan matanya tajam. Mungkin, karena tak mengenali orang yang mendatanginya, dia melambaikan tangan ke arah kamar Sumirah, neneknya setelah sebelumnya menoleh kanan-kiri. (Bawahan Sebut Medi, Bocah yang Dirantai Cacat Mental, Bupati Tuban Ngamuk!)
Kata sang nenek, bocah ini sangat agresif. Semua benda asing di sekitarnya ditarik. Kalau tidak kena, dia berusaha keras untuk merebutnya.
Jawa Pos Radar Tuban mencoba mengulurkan sarung tangannya. Secepat kilat, bocah ini menyambar.
Karena kesulitan untuk merebut, dia menggigit sarung tangan tersebut. Tak hanya benda di sekitarnya. Baju yang dikenakan pun selalu dilepas dan dibuang.
Agar ketika dipotret tidak telanjang, Sumirah mencoba mengenakan celana kolor pada cucunya tersebut. Hanya dalam hitungan detik, Medi melorotnya dan membuang. ‘’Putu kulo mboten purun kathokan. (Cucu saya tidak mau pakai celana, Red.),’’ kata dia.
Sifat agresif luar biasa itulah yang menjadi alasan keluarganya untuk merantai bocah tersebut. Ya, sejak dua tahun lalu pergelangan tangan kiri Medi dirantai. Di mana pun dia berada rantai tersebut selalu dikaitkan dengan benda di sekitarnya.
Kemarin pagi, ketika berjemur di depan rumahnya, ujung rantai dikaitkan pada batang sebuah pohon di dekat tempatnya duduk.
Setelah sekitar dua jam dijemur, bocah berkulit sawo matang ini dikembalikan ke kamar isolanya.
Untuk membawanya, Medi diperlakukan seperti ternak kambing dan sapi. Neneknya yang menuntun menggiringnya sambil memegang ujung rantai.
Kamar isolasi berukuran 2x3meter persegi ini berlantai tanah. Salah satu sisinya berdinding kumbung. Sementara sisi lain berdinding kayu.
Kamar isolasi ini berimpitan dengan kandang kambing. Karena itu, bau kotoran tercium menyengat di kamar ini. Begitu juga embekan kambing. Terdengar jelas.
Di ruang sempit tempat bocah ini menghabiskan waktunya hanya ditempatkan sebuah dipan kayu butut untuk tidur Medi.
Di dekat dipan ini ditancapkan sebuah tonggak kayu untuk mengaitkan rantai.
Ketika dimasukkan dalam kamar ini, rantai yang menjerat bocah ini dipendeknya. Panjangnya tak lebih dari 30 sentimeter (cm).
Panjang ikatan tersebut setidaknya hanya bisa membuat Medi naik-turun dipan untuk buang air kecil.Kalau terlalu panjang, kata Sumirah, dikhawatirkan merusak benda-benda di sekitarnya. Seperti salah satu sisi dinding kayu kamar ini yang rusak setelah ditarik. (Jawapos)
RABU (5/10) pagi itu, Medi, panggilan akbar Mei Dias Jati Irawan duduk terdiam di depan rumahnya, Dusun Ngulahan, Desa Ngulahan, Kecamatan Tambakboyo. Seperti biasa dia telanjang bulat. Tanpa selempar kain pun menempel di tubuhnya yang dekil. Selama berdiam diri, dia lebih banyak diam. Tatapan matanya kosong.
Bocah itu langsung beranjak berdiri saat wartawan koran ini mendekatinya. Ekspresinya pun berubah. Sambil menatap, dia tersenyum lebar.
Meski beberapa kali dijepret kamera, bocah itu tetap fokus menatap. Tatapan matanya tajam. Mungkin, karena tak mengenali orang yang mendatanginya, dia melambaikan tangan ke arah kamar Sumirah, neneknya setelah sebelumnya menoleh kanan-kiri. (Bawahan Sebut Medi, Bocah yang Dirantai Cacat Mental, Bupati Tuban Ngamuk!)
Kata sang nenek, bocah ini sangat agresif. Semua benda asing di sekitarnya ditarik. Kalau tidak kena, dia berusaha keras untuk merebutnya.
Jawa Pos Radar Tuban mencoba mengulurkan sarung tangannya. Secepat kilat, bocah ini menyambar.
Karena kesulitan untuk merebut, dia menggigit sarung tangan tersebut. Tak hanya benda di sekitarnya. Baju yang dikenakan pun selalu dilepas dan dibuang.
Agar ketika dipotret tidak telanjang, Sumirah mencoba mengenakan celana kolor pada cucunya tersebut. Hanya dalam hitungan detik, Medi melorotnya dan membuang. ‘’Putu kulo mboten purun kathokan. (Cucu saya tidak mau pakai celana, Red.),’’ kata dia.
Sifat agresif luar biasa itulah yang menjadi alasan keluarganya untuk merantai bocah tersebut. Ya, sejak dua tahun lalu pergelangan tangan kiri Medi dirantai. Di mana pun dia berada rantai tersebut selalu dikaitkan dengan benda di sekitarnya.
Kemarin pagi, ketika berjemur di depan rumahnya, ujung rantai dikaitkan pada batang sebuah pohon di dekat tempatnya duduk.
Setelah sekitar dua jam dijemur, bocah berkulit sawo matang ini dikembalikan ke kamar isolanya.
Untuk membawanya, Medi diperlakukan seperti ternak kambing dan sapi. Neneknya yang menuntun menggiringnya sambil memegang ujung rantai.
Kamar isolasi berukuran 2x3meter persegi ini berlantai tanah. Salah satu sisinya berdinding kumbung. Sementara sisi lain berdinding kayu.
Kamar isolasi ini berimpitan dengan kandang kambing. Karena itu, bau kotoran tercium menyengat di kamar ini. Begitu juga embekan kambing. Terdengar jelas.
Di ruang sempit tempat bocah ini menghabiskan waktunya hanya ditempatkan sebuah dipan kayu butut untuk tidur Medi.
Di dekat dipan ini ditancapkan sebuah tonggak kayu untuk mengaitkan rantai.
Ketika dimasukkan dalam kamar ini, rantai yang menjerat bocah ini dipendeknya. Panjangnya tak lebih dari 30 sentimeter (cm).
Panjang ikatan tersebut setidaknya hanya bisa membuat Medi naik-turun dipan untuk buang air kecil.Kalau terlalu panjang, kata Sumirah, dikhawatirkan merusak benda-benda di sekitarnya. Seperti salah satu sisi dinding kayu kamar ini yang rusak setelah ditarik. (Jawapos)
loading...
Post a Comment