![]() |
Efan warga Keude Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, korban penyekapan dan penganiayaan sekelompok pria dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu Lhokseumawe, Jumat (30/9).SERAMBI/SAIFUL BAHRI |
Lhoksukon - Dua pemuda asal Keude Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Efan Alfatra (20) dan Reza Saputra (20), disekap dan dianiaya sekelompok pria di kawasan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Selasa (27/9) sore.
Hingga Jumat (30/9) sore, Efan Alfatra masih dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu Lhokseumawe, karena mengalami sesak napas. Pihak keluarganya menuding, di antara pria yang melakukan penyekapan dan penganiayaan itu ada seorang oknum polisi.
Orang tua Efan, Rusli, menceritakan kepada Serambi, Jumat kemarin, kasus ini berawal dari hilangnya seorang perempuan, anak dari salah satu anggota kelompok pria tersebut. Ia menduga yang membawa lari anak perempuannya itu adalah teman si korban.
Lalu pada Senin (26/9) siang, kedua korban diundang ke tempat kelompok pria tersebut berada. “Awalnya komunikasi mereka dengan anak saya dan temannya baik. Mereka malah meminta anak saya agar ikut mencari pria yang membawa lari perempuan tersebut,” ujarnya.
Singkatnya, pada Selasa (27/9) sekitar pukul 16.00 WIB, kedua korban diminta datang ke lokasi penyekapan. Tapi saat kedua korban datang, langsung dimasukkan ke rumah kosong. “Setelah terjadi komunikasi panjang, akhirnya tangan anak saya dan temannya diborgol pakai borgol kecil,” jelasnya.
Selanjutnya, Efan--sesuai pengakuannya--sempat disiram pakai air kencing. Mulut dan mata kedua korban pun dilakban. Setelah itu, langsung dipukul berulang kali oleh sejumlah pria. “Termasuk ada oknum polisi yang dikenal anak saya ikut memukul,” urainya.
Setelah disekap sekitar 1,5 jam, Reza berhasil melepaskan jari jempolnya yang diborgol dari gari, lalu ia lari melalui jendela rumah kosong tersebut.
Namun, aksi Reza ketahuan, sehingga sejumlah pria itu mengejarnya. Tak jauh Reza berlari, kembali berhasil ditangkap. Di situ Reza kembali dipukul dan sempat diseret saat dibawa balik ke rumah kosong tersebut.
Tak lama kemudian, kelompok pria tersebut pun melepaskan kedua korban. “Tapi sebelum dilepas, sempat diancam. Keduanya diberi waktu 1,5 jam harus mendapatkan perempuan yang kabur tersebut,” katanya.
Menurut Rusli, saat Efan sampai di rumah, dia pun menginterogasi kejadian yang dialaminya, sehingga tak lama kemudian anaknya pun mengaku sesak napas, sehingga dibawa lari ke Puskesmas Dewantara. Sampai di puskesmas langsung mendapatkan bantuan oksigen. Tak lama kemudian diperbolehkan pulang. “Pada malam Rabu, saya sempat menghubungi oknum polisi tersebut dan meminta datang bersama temannya ke Dewantara untuk diselesaikan secara baik-baik. Tapi mereka tak hadir semua, sehingga tidak ada titik temu,” ucapnya.
Selanjutnya, pada Rabu (29/9) malam pihak keluarga berkesimpulan untuk membuat laporan ke polisi, agar dapat diproses secara hukum. “Sedangkan pada Kamis malam, anak saya kembali sesak napas, sehingga dibawa ke rumah sakit untuk diopname. Sedangkan Reza masih ada di rumahnya, meskipun ada mengalami luka-luka,” pungkasnya.
Ketua Pemuda Keude Krueng Geukuh, Saiful Antara, sangat menyesalkan kejadian itu. Ia berharap kasus ini diusut tuntas. Kapolres Lhokseumawe, AKBP Hendri Budiman, melalui Kasat Reskrim AKP Yasir SE, membenarkan adanya laporan tersebut dan sedang ditindaklanjuti.
Ditanya tentang tudingan pihak keluarga korban bahwa ada oknum polisi yang terlibat, AKP Yasir belum bisa memastikannya. “Masih kita telusuri,” demikian AKP Yasir. (Sumber: serambinews.com)
Hingga Jumat (30/9) sore, Efan Alfatra masih dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu Lhokseumawe, karena mengalami sesak napas. Pihak keluarganya menuding, di antara pria yang melakukan penyekapan dan penganiayaan itu ada seorang oknum polisi.
Orang tua Efan, Rusli, menceritakan kepada Serambi, Jumat kemarin, kasus ini berawal dari hilangnya seorang perempuan, anak dari salah satu anggota kelompok pria tersebut. Ia menduga yang membawa lari anak perempuannya itu adalah teman si korban.
Lalu pada Senin (26/9) siang, kedua korban diundang ke tempat kelompok pria tersebut berada. “Awalnya komunikasi mereka dengan anak saya dan temannya baik. Mereka malah meminta anak saya agar ikut mencari pria yang membawa lari perempuan tersebut,” ujarnya.
Singkatnya, pada Selasa (27/9) sekitar pukul 16.00 WIB, kedua korban diminta datang ke lokasi penyekapan. Tapi saat kedua korban datang, langsung dimasukkan ke rumah kosong. “Setelah terjadi komunikasi panjang, akhirnya tangan anak saya dan temannya diborgol pakai borgol kecil,” jelasnya.
Selanjutnya, Efan--sesuai pengakuannya--sempat disiram pakai air kencing. Mulut dan mata kedua korban pun dilakban. Setelah itu, langsung dipukul berulang kali oleh sejumlah pria. “Termasuk ada oknum polisi yang dikenal anak saya ikut memukul,” urainya.
Setelah disekap sekitar 1,5 jam, Reza berhasil melepaskan jari jempolnya yang diborgol dari gari, lalu ia lari melalui jendela rumah kosong tersebut.
Namun, aksi Reza ketahuan, sehingga sejumlah pria itu mengejarnya. Tak jauh Reza berlari, kembali berhasil ditangkap. Di situ Reza kembali dipukul dan sempat diseret saat dibawa balik ke rumah kosong tersebut.
Tak lama kemudian, kelompok pria tersebut pun melepaskan kedua korban. “Tapi sebelum dilepas, sempat diancam. Keduanya diberi waktu 1,5 jam harus mendapatkan perempuan yang kabur tersebut,” katanya.
Menurut Rusli, saat Efan sampai di rumah, dia pun menginterogasi kejadian yang dialaminya, sehingga tak lama kemudian anaknya pun mengaku sesak napas, sehingga dibawa lari ke Puskesmas Dewantara. Sampai di puskesmas langsung mendapatkan bantuan oksigen. Tak lama kemudian diperbolehkan pulang. “Pada malam Rabu, saya sempat menghubungi oknum polisi tersebut dan meminta datang bersama temannya ke Dewantara untuk diselesaikan secara baik-baik. Tapi mereka tak hadir semua, sehingga tidak ada titik temu,” ucapnya.
Selanjutnya, pada Rabu (29/9) malam pihak keluarga berkesimpulan untuk membuat laporan ke polisi, agar dapat diproses secara hukum. “Sedangkan pada Kamis malam, anak saya kembali sesak napas, sehingga dibawa ke rumah sakit untuk diopname. Sedangkan Reza masih ada di rumahnya, meskipun ada mengalami luka-luka,” pungkasnya.
Ketua Pemuda Keude Krueng Geukuh, Saiful Antara, sangat menyesalkan kejadian itu. Ia berharap kasus ini diusut tuntas. Kapolres Lhokseumawe, AKBP Hendri Budiman, melalui Kasat Reskrim AKP Yasir SE, membenarkan adanya laporan tersebut dan sedang ditindaklanjuti.
Ditanya tentang tudingan pihak keluarga korban bahwa ada oknum polisi yang terlibat, AKP Yasir belum bisa memastikannya. “Masih kita telusuri,” demikian AKP Yasir. (Sumber: serambinews.com)
loading...
Post a Comment