Ilustrasi |
StatusAceh.Net - Sadar akan bahaya narkoba mulai dirasakan para mantan penggunanya yang ada di Kota Baubau.
Satu per satu Komunitas Pemusik Jalanan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara menceritakan pengalaman betapa pahit dan sengsaranya ketika menggunakan narkoba.
"Narkoba nikmatnya hanya sesaat saja, namun susahnya akan terbawa sampai saat ini. Mendengar beberapa cerita pengguna narkoba sangat miris," kata Daud Gibranis seorang anggota Komunitas Pemusik Jalanan Kota Baubau, Sabtu (10/9/2016).
Pria yang selalu menggunakan kacamata hitam ini menuturkan, ia mulai menggunakan narkoba jenis sabu dan mariyuana di tahun 1995. Pada tahun 2011 ia mulai sadar dan berusaha meninggalkan dunia hitam narkoba.
"Saya hampir menyerah. Namun teman-teman di sini selalu memberikan dukungan dan semangat, makanya mereka ini adalah keluarga saya," tuturnya.
Sebelumnya, puluhan anggota komunitas Pemusik Jalanan dan komunitas lainnya mengikuti sosialisasi akan bahaya narkoba yang dilakukan Yayasan Lantera Anak Bangsa Cerdas di pantai Kamali Kota Baubau, Jumat (9/9/2016) malam. Satu per satu anggota Yayasan juga mengaku pernah menggunakan narkoba bahkan sampai overdosis.
"Saya pernah menggunakan narkoba sampai overdosis. Saya mulai cicipi narkoba sejak SD dan bahkan pernah meracik sendiri dan menjualnya. Sekarang sudah berhenti karena ingin bayar utang nyawa, kami tidak ingin ada korban lain dari narkoba," ucap Andre.
Sehingga ia mulai masuk dalam Yayasan Lantera Anak Bangsa Cerdas Yogyakarta untuk ikut melakukan sosialisasi bahaya narkoba hingga ke Kota Baubau. Menurutnya, Sulawesi Tenggara merupakan daerah paling tertinggi pengguna narkoba dari kalangan pemuda.
"Kota Baubau, merupakan kota transit, sehingga sangat rawan dengan masuknya narkoba disini. Anak komunitas sangat rawan dimasuki narkoba, sehingga kami memberikan sosialisasi akan bahaya narkoba dan berbagi cerita dengan teman-teman komunitas yang ada di Kota Baubau. Mari kita jaga Kota Baubau dari narkoba," tuturnya.(Kompas.com)
Satu per satu Komunitas Pemusik Jalanan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara menceritakan pengalaman betapa pahit dan sengsaranya ketika menggunakan narkoba.
"Narkoba nikmatnya hanya sesaat saja, namun susahnya akan terbawa sampai saat ini. Mendengar beberapa cerita pengguna narkoba sangat miris," kata Daud Gibranis seorang anggota Komunitas Pemusik Jalanan Kota Baubau, Sabtu (10/9/2016).
Pria yang selalu menggunakan kacamata hitam ini menuturkan, ia mulai menggunakan narkoba jenis sabu dan mariyuana di tahun 1995. Pada tahun 2011 ia mulai sadar dan berusaha meninggalkan dunia hitam narkoba.
"Saya hampir menyerah. Namun teman-teman di sini selalu memberikan dukungan dan semangat, makanya mereka ini adalah keluarga saya," tuturnya.
Sebelumnya, puluhan anggota komunitas Pemusik Jalanan dan komunitas lainnya mengikuti sosialisasi akan bahaya narkoba yang dilakukan Yayasan Lantera Anak Bangsa Cerdas di pantai Kamali Kota Baubau, Jumat (9/9/2016) malam. Satu per satu anggota Yayasan juga mengaku pernah menggunakan narkoba bahkan sampai overdosis.
"Saya pernah menggunakan narkoba sampai overdosis. Saya mulai cicipi narkoba sejak SD dan bahkan pernah meracik sendiri dan menjualnya. Sekarang sudah berhenti karena ingin bayar utang nyawa, kami tidak ingin ada korban lain dari narkoba," ucap Andre.
Sehingga ia mulai masuk dalam Yayasan Lantera Anak Bangsa Cerdas Yogyakarta untuk ikut melakukan sosialisasi bahaya narkoba hingga ke Kota Baubau. Menurutnya, Sulawesi Tenggara merupakan daerah paling tertinggi pengguna narkoba dari kalangan pemuda.
"Kota Baubau, merupakan kota transit, sehingga sangat rawan dengan masuknya narkoba disini. Anak komunitas sangat rawan dimasuki narkoba, sehingga kami memberikan sosialisasi akan bahaya narkoba dan berbagi cerita dengan teman-teman komunitas yang ada di Kota Baubau. Mari kita jaga Kota Baubau dari narkoba," tuturnya.(Kompas.com)
loading...
Post a Comment