Banda Aceh – Wakil Presiden Indonesia, H. Jusuf Kalla, berterimakasih atas sikap yang Pemerintah Aceh atas tindakan cepat yang dilakukan dalam memberikan penanganan kepada Migran Sri Lanka yang terdampar di Aceh. Wapres JK meminta, agar pemerintah bersama masyarakat Aceh agar melayani dengan baik para migran tersebut.
“Tampung mereka di tempat yang bagus,” kata gubernur seperti arahan Wapres JK, saat melepas para migran untuk dibawa ke penampungan di Bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe kawasan Puentuet Kecamatan Blang Mangat, Rabu (22/06). Gubernur menyebutkan, Wapres JK akan segera meminta pihak Kedutaan Besar Sri Lanka untuk proses selanjutnya kepada 43 migran tersebut. Pihak kedutaan nantinya akan mendata hingga memberikan dokumen kepada para migran tersebut.
Wapres JK juga menyebutkan, ia akan meminta tindakan segera dari UNHCR, badan PBB yang mengurusi pengungsi, untuk segera bisa mendata kembali para migran, sehingga kemudian bisa diputuskan status dari migran; apa mereka pengungsi, pencari suaka, atau sebagai korban dari perdagangan manusia.
Gubernur menyebutkan, tindakan yang diberikan Pemerintah Aceh selama dua minggu lamanya sudah tepat. Dari sisi kemanusiaan, mereka para migran memanglah harus ditampung. Apalagi melihat kondisi kelayakan kapal yang bisa dikategorikan tidak layak berlayar.
“Kita sudah bekerja maksimal. Kita tidak mungkin mengambil resiko untuk memberangkatkan mereka dengan kondisi kapal dan cuaca yang demkian. Ini persoalan nyawa manusia,” ujar Zaini Abdullah.
Jika beberapa pihak menganggap penanganan yang diberikan pemerintah lamban, maka itu adalah anggapan yang salah. Gubernur menegaskan, keputusan yang diambil terburu-buru adalah salah. “Buat apa cepat jika hasilnya kurang baik. Kita mementingkan safty bagi mereka. Itu yang lebih penting.”
Gubernur menyebutkan, kejadian masuknya imigran gelap ke kawasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di kawasan Aceh sudah berulang kali terjadi. Hal itu diharapkan menjadi pelajaran. Ia meminta penguatan penjagaan di ZEE dieperketat, sehingga kapal-kapal imigran gelap tidak masuk ke perairan Indonesia.
Gubernur Zaini juga berharap, Pemerintah Pusat, Dirjen Keiimigrasian bersama pihak kedutaan besar terkait dapat bekerja cepat, sehingga para migran tidak terlalu lama tertahan di Aceh dan bisa untuk segera dibawa pulang ke negara asalnya.
Kunjungan PT. Lafarge Cement Indonesia
Sebelum melepas keberangkatan para migran, gubernur menerima kunjungan PT. Lafarge Cement Indonesia di Pendapa Gubernur Aceh. Kunjungan pimpinan perusahaan yang memproduksi Semen Andalas di Lhoknga tersebut, terkait juga dengan migran Sri Lanka yang terdampar tak jauh dari lokasi produksi pabrik semen mereka.
“Mereka berjanji akan memberikan segala bantuan yang kita butuhkan terkait migran Sri Lanka tersebut,” ujar gubernur. Bantuan tersebut berupa penanganan di lapangan di kawasan Lhoknga.
Gubernur atas nama Pemerintah Aceh berterima kasih atas batuan tersebut. PT. Lafarge kata gubernur akan menyediakan tugboat untuk menarik kapal migran dari lokasi terdampar untuk dibawa ke dermaga pengangkutan milik Lafarge. “Atas nama kemanusiaan kita sangat memberi apresiasi atas bantuan mereka.” (Rill)
“Tampung mereka di tempat yang bagus,” kata gubernur seperti arahan Wapres JK, saat melepas para migran untuk dibawa ke penampungan di Bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe kawasan Puentuet Kecamatan Blang Mangat, Rabu (22/06). Gubernur menyebutkan, Wapres JK akan segera meminta pihak Kedutaan Besar Sri Lanka untuk proses selanjutnya kepada 43 migran tersebut. Pihak kedutaan nantinya akan mendata hingga memberikan dokumen kepada para migran tersebut.
Wapres JK juga menyebutkan, ia akan meminta tindakan segera dari UNHCR, badan PBB yang mengurusi pengungsi, untuk segera bisa mendata kembali para migran, sehingga kemudian bisa diputuskan status dari migran; apa mereka pengungsi, pencari suaka, atau sebagai korban dari perdagangan manusia.
Gubernur menyebutkan, tindakan yang diberikan Pemerintah Aceh selama dua minggu lamanya sudah tepat. Dari sisi kemanusiaan, mereka para migran memanglah harus ditampung. Apalagi melihat kondisi kelayakan kapal yang bisa dikategorikan tidak layak berlayar.
“Kita sudah bekerja maksimal. Kita tidak mungkin mengambil resiko untuk memberangkatkan mereka dengan kondisi kapal dan cuaca yang demkian. Ini persoalan nyawa manusia,” ujar Zaini Abdullah.
Jika beberapa pihak menganggap penanganan yang diberikan pemerintah lamban, maka itu adalah anggapan yang salah. Gubernur menegaskan, keputusan yang diambil terburu-buru adalah salah. “Buat apa cepat jika hasilnya kurang baik. Kita mementingkan safty bagi mereka. Itu yang lebih penting.”
Gubernur menyebutkan, kejadian masuknya imigran gelap ke kawasan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di kawasan Aceh sudah berulang kali terjadi. Hal itu diharapkan menjadi pelajaran. Ia meminta penguatan penjagaan di ZEE dieperketat, sehingga kapal-kapal imigran gelap tidak masuk ke perairan Indonesia.
Gubernur Zaini juga berharap, Pemerintah Pusat, Dirjen Keiimigrasian bersama pihak kedutaan besar terkait dapat bekerja cepat, sehingga para migran tidak terlalu lama tertahan di Aceh dan bisa untuk segera dibawa pulang ke negara asalnya.
Kunjungan PT. Lafarge Cement Indonesia
Sebelum melepas keberangkatan para migran, gubernur menerima kunjungan PT. Lafarge Cement Indonesia di Pendapa Gubernur Aceh. Kunjungan pimpinan perusahaan yang memproduksi Semen Andalas di Lhoknga tersebut, terkait juga dengan migran Sri Lanka yang terdampar tak jauh dari lokasi produksi pabrik semen mereka.
“Mereka berjanji akan memberikan segala bantuan yang kita butuhkan terkait migran Sri Lanka tersebut,” ujar gubernur. Bantuan tersebut berupa penanganan di lapangan di kawasan Lhoknga.
Gubernur atas nama Pemerintah Aceh berterima kasih atas batuan tersebut. PT. Lafarge kata gubernur akan menyediakan tugboat untuk menarik kapal migran dari lokasi terdampar untuk dibawa ke dermaga pengangkutan milik Lafarge. “Atas nama kemanusiaan kita sangat memberi apresiasi atas bantuan mereka.” (Rill)
loading...
Post a Comment