StatusAceh.Net - Penampilan Sakti Ari Seno sudah sangat berbeda. Mantan gitaris Sheila on 7 ini sekarang tampil lebih religius. Dia pun banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwa.
Sebelum memutuskan hijrah ternyata Sakti yang kini berganti nama menjadi Salman Al Jugjawy mengalami berbagai ujian. Sampai pada satu titik, dia benar-benar sadar jika hidup ini hanya sementara.
Hatinya terketuk ketika dia sedang sibuk-sibuknya bersama Sheila. Manggung dari satu kota ke kota lain tak pernah berhenti. Tiap hari rutinitas yang dilalui seperti itu.
Pada 2004 seusai konser Soundrenaline di Surabaya, Salman pulang ke Yogyakarta. Tiba di rumah dia sangat terkejut mendapat kabar ibu nya sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit.
Dia merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan kariernya. Sang ibu terlihat begitu lemah berbaring di ranjang. Perasaannya campur aduk sampai hingga akhirnya terpikir, 'sebenarnya hidup ini apa yang dicari?'
Hati Salman semakin bergetar ketika diberi majalah oleh tantenya yang menulis tentang kisah orang mati suri. Dia pun semakin merenung tentang kematian. Perlahan Salman mulai memperbaiki ibadahnya.
Belum berhenti sekitar 2004-2005, Salman kala itu hendak berangkat ke Malaysia bersama Eross untuk menghadiri sebuah penghargaan. Sambil menunggu penerbangan, Salman keliling Bandara Adisucipto, hingga akhirnya berhenti di salah satu toko buku.
"Judulnya cukup menggelisahkan hati saya saat itu: 'Menjemput Sakratul Maut Bersama Rasulullah'," ungkap Salman dikutip merdeka.com dalam buku Markas Cahaya.
"Saya pandangi buku itu, terus saya ambil, saya bolak balik sampulnya lalu saya putuskan untuk membelinya."
Selama di Malaysia buku itu dibaca habis hingga membuat Eross bertanya-tanya. Sejak saat itu Salman semakin rajin membeli buku-buku mengenai agama Islam.
Kisah lainnya adalah Salman sengaja terbang ke Bali untuk bertemu Abah Mahmud Zakariyya. Abah Mahmud adalah ayah angkat teman Salman, Abdurrahman Dodi. Salman begitu tergugah ingin bertemu karena mendengar sosok Mahmud yang sangat bersahaja.
Di sana Salman sempat berbicara dengan Abah Mahmud mengenai mensyukuri nikmat Allah tentang indahnya iman dan Islam. Lalu Salman juga diajak beritikaf selama tiga hari di masjid daerah Karangasem.
Setelah melalui itu semua Salman pun akhirnya hijrah. Mungkin cerita itu hanya sebagian, masih ada pengalaman lain yang membuat dia semakin mantap berada di jalur Allah SWT.
"Saya merenung makin dalam, kali ini tentang kematian. Kita cuma dikasih kesempatan hidup di dunia ini sekali doang," ujar Salman.(merdeka.com)
Sebelum memutuskan hijrah ternyata Sakti yang kini berganti nama menjadi Salman Al Jugjawy mengalami berbagai ujian. Sampai pada satu titik, dia benar-benar sadar jika hidup ini hanya sementara.
Hatinya terketuk ketika dia sedang sibuk-sibuknya bersama Sheila. Manggung dari satu kota ke kota lain tak pernah berhenti. Tiap hari rutinitas yang dilalui seperti itu.
Pada 2004 seusai konser Soundrenaline di Surabaya, Salman pulang ke Yogyakarta. Tiba di rumah dia sangat terkejut mendapat kabar ibu nya sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit.
Dia merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan kariernya. Sang ibu terlihat begitu lemah berbaring di ranjang. Perasaannya campur aduk sampai hingga akhirnya terpikir, 'sebenarnya hidup ini apa yang dicari?'
Hati Salman semakin bergetar ketika diberi majalah oleh tantenya yang menulis tentang kisah orang mati suri. Dia pun semakin merenung tentang kematian. Perlahan Salman mulai memperbaiki ibadahnya.
Belum berhenti sekitar 2004-2005, Salman kala itu hendak berangkat ke Malaysia bersama Eross untuk menghadiri sebuah penghargaan. Sambil menunggu penerbangan, Salman keliling Bandara Adisucipto, hingga akhirnya berhenti di salah satu toko buku.
"Judulnya cukup menggelisahkan hati saya saat itu: 'Menjemput Sakratul Maut Bersama Rasulullah'," ungkap Salman dikutip merdeka.com dalam buku Markas Cahaya.
"Saya pandangi buku itu, terus saya ambil, saya bolak balik sampulnya lalu saya putuskan untuk membelinya."
Selama di Malaysia buku itu dibaca habis hingga membuat Eross bertanya-tanya. Sejak saat itu Salman semakin rajin membeli buku-buku mengenai agama Islam.
Kisah lainnya adalah Salman sengaja terbang ke Bali untuk bertemu Abah Mahmud Zakariyya. Abah Mahmud adalah ayah angkat teman Salman, Abdurrahman Dodi. Salman begitu tergugah ingin bertemu karena mendengar sosok Mahmud yang sangat bersahaja.
Di sana Salman sempat berbicara dengan Abah Mahmud mengenai mensyukuri nikmat Allah tentang indahnya iman dan Islam. Lalu Salman juga diajak beritikaf selama tiga hari di masjid daerah Karangasem.
Setelah melalui itu semua Salman pun akhirnya hijrah. Mungkin cerita itu hanya sebagian, masih ada pengalaman lain yang membuat dia semakin mantap berada di jalur Allah SWT.
"Saya merenung makin dalam, kali ini tentang kematian. Kita cuma dikasih kesempatan hidup di dunia ini sekali doang," ujar Salman.(merdeka.com)
loading...
Post a Comment