NAMA Nurdin Aman Tursina, 75 tahun, tak terlalu populer sampai saat menjelang Joko Widodo dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Guru mengaji di Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, itu mendadak tenar karena dia adalah orang yang mengajarkan Jokowi--demikian nama alias Joko Widodo--mengaji.
Jokowi menetap di kampung itu karena panggilan kerja. Sejak 1986-1989 dia bekerja untuk PT Kertas Kraft Aceh. Hubungan keduanya tergolong erat. Jokowi tak hanya dianggapnya sebagai murid mengaji. Jokowi dianggapnya sebagai anak sendiri.
Namun Nurdin pula yang menjadi korban rencana kedatangan Jokowi ke Bener Meriah. Sejak lima hari lalu, rumah Nurdin dijaga ketat. Seragam yang menjaga pun berbeda-beda. “Saya, gara-gara orang ini, nggak bisa ke mana-mana. Ke kebun pun nggak bisa,” kata Nurdin kepada AJNN, Ahad lalu.
Sejumlah pejabat yang datang, entah itu pejabat militer atau kepolisian, selalu saja meminta agar Nurdin tak beranjak meninggalkan rumah. Andai pun tak ada yang meminta dia tinggal, Nurdin tentu sulit meninggalkan rumah. Dari pagi hingga malam hari, tamu yang berkunjung ke rumahnya seperti tak putus-putus. Umumnya mereka ingin melihat langsung sosok yang pernah menjadi bagian penting hari-hari Jokowi selama berada di Bener Meriah.
“Saya ingin melihat langsung orang tua angkat Presiden,” kata Kepala Kepolisian Sektor Bandar Ajun Komisaris Polisi Darmawi Hasibuan. Kediaman Nurdin berada di luar wilayah kerjanya. Siang itu, di rumah Nurdin, Darmawi dan sekitar tujuh anak buahnya asyik mendengarkan kisah Nurdin dan Jokowi sambil menikmati semangka dan kopi hangat.
Di mata Nurdin, Jokowi adalah sosok sederhana. Penampilan Jokowi yang dilihatnya di televisi tak jauh berbeda dengan sosok yang dikenalnya 30 tahun lalu. Senang mengenakan kemeja kotak-kotak. Jokowi yang dikenalnya dulu juga tak berubah, selalu bersikap bijak dan praktis.
Pernah satu ketika, Nurdin mendapatkan pekerjaan untuk membangun pagar di sekitar areal KKA. Pekerjaan kecil. Dia bertanggung jawab dari urusan pembelian hingga pembuatan. Satu pagi, Nurdin mendapati barang-barang yang baru dibelinya hilang. Mereka panik. Nurdin dan sejumlah pekerja lain sibuk mencari keberadaan besi dan semen itu.
Saat Jokowi mengetahui hal itu, Jokowi hanya berpesan agar Nurdin tidak panik. KKA akan membeli besi dan semen baru. “Yang hilang ya sudah, ikhlaskan saja,” kata Jokowi seperti ditirukan Nurdin.
Meski menolak mengatakan rindu, Nurdin mengaku tetap ingin melihat sosok anak angkat yang kini menjadi manusia paling berpengaruh di Indonesia. Nurdin ingin bertemu dan menyampaikan beberapa hal. Salah satu yang terpenting adalah soal musalla tua yang dulu dibangun Jokowi, tak jauh dari kediaman Nurdin.
“Aku mau tanya ke dia, musalla ini mau diperbaiki atau dibakar saja? Karena kayu-kayunya sudah lapuk dimakan rayap,” kata Nurdin. Andaikan Jokowi bersedia, dia ingin musalla itu dibangun sendiri dari uang Jokowi, bukan uang negara. “Itupun kalau jumpa langsung. Kalau dia tidak mampir juga tidak apa-apa. Yang penting dia sehat dan mampu mengurusi negara ini.” (*)
Jokowi menetap di kampung itu karena panggilan kerja. Sejak 1986-1989 dia bekerja untuk PT Kertas Kraft Aceh. Hubungan keduanya tergolong erat. Jokowi tak hanya dianggapnya sebagai murid mengaji. Jokowi dianggapnya sebagai anak sendiri.
Namun Nurdin pula yang menjadi korban rencana kedatangan Jokowi ke Bener Meriah. Sejak lima hari lalu, rumah Nurdin dijaga ketat. Seragam yang menjaga pun berbeda-beda. “Saya, gara-gara orang ini, nggak bisa ke mana-mana. Ke kebun pun nggak bisa,” kata Nurdin kepada AJNN, Ahad lalu.
Nurdin Aman TursinaAdd caption |
“Saya ingin melihat langsung orang tua angkat Presiden,” kata Kepala Kepolisian Sektor Bandar Ajun Komisaris Polisi Darmawi Hasibuan. Kediaman Nurdin berada di luar wilayah kerjanya. Siang itu, di rumah Nurdin, Darmawi dan sekitar tujuh anak buahnya asyik mendengarkan kisah Nurdin dan Jokowi sambil menikmati semangka dan kopi hangat.
Di mata Nurdin, Jokowi adalah sosok sederhana. Penampilan Jokowi yang dilihatnya di televisi tak jauh berbeda dengan sosok yang dikenalnya 30 tahun lalu. Senang mengenakan kemeja kotak-kotak. Jokowi yang dikenalnya dulu juga tak berubah, selalu bersikap bijak dan praktis.
Pernah satu ketika, Nurdin mendapatkan pekerjaan untuk membangun pagar di sekitar areal KKA. Pekerjaan kecil. Dia bertanggung jawab dari urusan pembelian hingga pembuatan. Satu pagi, Nurdin mendapati barang-barang yang baru dibelinya hilang. Mereka panik. Nurdin dan sejumlah pekerja lain sibuk mencari keberadaan besi dan semen itu.
Saat Jokowi mengetahui hal itu, Jokowi hanya berpesan agar Nurdin tidak panik. KKA akan membeli besi dan semen baru. “Yang hilang ya sudah, ikhlaskan saja,” kata Jokowi seperti ditirukan Nurdin.
Meski menolak mengatakan rindu, Nurdin mengaku tetap ingin melihat sosok anak angkat yang kini menjadi manusia paling berpengaruh di Indonesia. Nurdin ingin bertemu dan menyampaikan beberapa hal. Salah satu yang terpenting adalah soal musalla tua yang dulu dibangun Jokowi, tak jauh dari kediaman Nurdin.
“Aku mau tanya ke dia, musalla ini mau diperbaiki atau dibakar saja? Karena kayu-kayunya sudah lapuk dimakan rayap,” kata Nurdin. Andaikan Jokowi bersedia, dia ingin musalla itu dibangun sendiri dari uang Jokowi, bukan uang negara. “Itupun kalau jumpa langsung. Kalau dia tidak mampir juga tidak apa-apa. Yang penting dia sehat dan mampu mengurusi negara ini.” (*)
Sumber: AJNN.Net
loading...
Post a Comment