![]() |
Sebelum mengembara menuju Suriah, Stanzah pernah melihat pelatihan militer di Aceh. (ANTARA/Irwansyah Putra) |
Jakarta - Lelaki kelahiran Solok Selatan, Sumatra Barat, itu punya beberapa nama. Daeng Stanzah atau Ayub atau Abu Ishaq. Di usia mudanya, 31 tahun, Stanzah sudah “bertualang” ke belahan bumi lain. Namun pengembaraannya menuju Suriah kini harus berakhir di jeruji penjara.
Hari ini, Selasa (15/3), Stanzah akan menghadapi vonis Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Ia dituding ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, dan karenanya didakwa melakukan pemufakatan jahat dan percobaan tindak pidana terorisme.
Kisah berliku Stanzah bermula 2002, saat ia masih berkuliah di Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat. Ketika itu Stanzah mengikuti taklim atau pengajian yang dibawakan Ustaz Oman Abdurrahman di Cijantung, Jakarta Timur.
Taklim itu membahas tentang tauhid dan fikih –ilmu tentang hukum Islam. Materi disampaikan oleh para dai. Dua tahun kemudian, 2004, Stanzah masih mengikuti kajian Oman Abdurrahman itu.
Suatu waktu, Stanzah dan Oman membahas tentang pondok menghafal Alquran, Pondok Pesantren Ibnu Mas’ud, yang didirikan sang ustaz di Cilodong, Depok.
Stanzah menawarkan diri kepada Oman untuk mengajar hafalan Alquran, sedangkan istri Stanzah bisa membantu memasak di pesantren itu. Tawaran Stanzah itu diterima oleh Oman.
Maka sejak 2009, Stanzah dan istrinya tinggal di Cilodong. Mereka mengontrak di sebelah pria bernama Lubis yang juga mengajar di pesantren milik Oman. Saat itu anak pertama Stanzah masih berumur tujuh bulan.
Lubis, tetangga Stanzah itu, berdagang airsoft gun milik Sofyan Sauri. Stanzah lantas tergiur ingin berbisnis serupa karena melihat usaha Lubis yang berjalan mulus.
Mengetahui niat itu, Lubis lantas memperkenalkan Stanzah dengan Sofyan. Stanzah meminta kepada Sofyan agar diberi pekerjaan sebagai agen pendistribusian penjualan airsoft gun.
Permintaan Stanzah tak dikabulkan Sofyan. Stanzah hanya diizinkan menjadi sopir pribadi Sofyan dengan gaji Rp100 ribu per hari.
Setelah sekitar satu bulan bekerja kepada Sofyan, Stanzah mengetahui majikannya itu memasok persenjataan untuk pelatihan militer di Aceh. Dari cerita seseorang bernama Taufik asal Padang Tiji Aceh, Stanzah tahu Sofyan telah mengirim 18 ribu amunisi dan 20 pucuk senjata api laras panjang ke Aceh.
Stanzah lalu ikut Sofyan ke Aceh. Di sana sedang digelar pelatihan militer menggunakan senjata yang dijual oleh Sofyan. Namun Stanzah tak diizinkan bergabung dengan kelompok di Desa Jalin, Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar itu.
Dari sini, pertalian Stanzah dengan kelompok tersebut menguat, hingga akhirnya pada tahun 2014 dia berniat untuk hijrah ke Suriah, membawa istri dan kedua anaknya.
Simak kisah pengembaraan Stanzah menuju Suriah pada artikel berikutnya.
Hari ini, Selasa (15/3), Stanzah akan menghadapi vonis Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Ia dituding ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, dan karenanya didakwa melakukan pemufakatan jahat dan percobaan tindak pidana terorisme.
Kisah berliku Stanzah bermula 2002, saat ia masih berkuliah di Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat. Ketika itu Stanzah mengikuti taklim atau pengajian yang dibawakan Ustaz Oman Abdurrahman di Cijantung, Jakarta Timur.
Taklim itu membahas tentang tauhid dan fikih –ilmu tentang hukum Islam. Materi disampaikan oleh para dai. Dua tahun kemudian, 2004, Stanzah masih mengikuti kajian Oman Abdurrahman itu.
Suatu waktu, Stanzah dan Oman membahas tentang pondok menghafal Alquran, Pondok Pesantren Ibnu Mas’ud, yang didirikan sang ustaz di Cilodong, Depok.
Stanzah menawarkan diri kepada Oman untuk mengajar hafalan Alquran, sedangkan istri Stanzah bisa membantu memasak di pesantren itu. Tawaran Stanzah itu diterima oleh Oman.
Maka sejak 2009, Stanzah dan istrinya tinggal di Cilodong. Mereka mengontrak di sebelah pria bernama Lubis yang juga mengajar di pesantren milik Oman. Saat itu anak pertama Stanzah masih berumur tujuh bulan.
Lubis, tetangga Stanzah itu, berdagang airsoft gun milik Sofyan Sauri. Stanzah lantas tergiur ingin berbisnis serupa karena melihat usaha Lubis yang berjalan mulus.
Mengetahui niat itu, Lubis lantas memperkenalkan Stanzah dengan Sofyan. Stanzah meminta kepada Sofyan agar diberi pekerjaan sebagai agen pendistribusian penjualan airsoft gun.
Permintaan Stanzah tak dikabulkan Sofyan. Stanzah hanya diizinkan menjadi sopir pribadi Sofyan dengan gaji Rp100 ribu per hari.
Setelah sekitar satu bulan bekerja kepada Sofyan, Stanzah mengetahui majikannya itu memasok persenjataan untuk pelatihan militer di Aceh. Dari cerita seseorang bernama Taufik asal Padang Tiji Aceh, Stanzah tahu Sofyan telah mengirim 18 ribu amunisi dan 20 pucuk senjata api laras panjang ke Aceh.
Stanzah lalu ikut Sofyan ke Aceh. Di sana sedang digelar pelatihan militer menggunakan senjata yang dijual oleh Sofyan. Namun Stanzah tak diizinkan bergabung dengan kelompok di Desa Jalin, Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar itu.
Dari sini, pertalian Stanzah dengan kelompok tersebut menguat, hingga akhirnya pada tahun 2014 dia berniat untuk hijrah ke Suriah, membawa istri dan kedua anaknya.
Simak kisah pengembaraan Stanzah menuju Suriah pada artikel berikutnya.
loading...
Post a Comment