Ilustrasi Gay |
Banda Aceh - Kelompok gay di Provinsi Aceh mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan penelitian Yayasan Permata Aceh Peduli (YPAP), Lhokseumawe merupakan peringkat kedua terbanyak kaum gay di Aceh, setelah Banda Aceh.
Direktur YPAP, Khaidir, mengatakan kelompok tersebut mulai marak sejak tahun 2005. Kalangan gay bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan pihaknya pernah menemukan dari kalangan pelajar SLTP dan SLTA.
“Penelitian kami menemukan sebanyak 15 persen pelajar SMP dan 25 persen dari pelajar SMA suka terhadap sesama lelaki. Di Lhokseumawe ini, lebih banyak gay daripada wanita pekerja seks komersial,” ujarnya Khaidir, Sabtu (27/2).
Penelitian dilakukan dengan metode survei 14 sekolah SMA dengan menyebar kuesioner melalui pertanyaan yang menjerat tentang kecenderungan perilaku gay. Sedangkan di SMP penelitian dilakukan melalui guru-guru Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilatih, yang kemudian memantau perilaku di murid-murid di 10 sekolah.
Untuk masyarakat umum, sejak tiga tahun lalu penelitian menemukan sebanyak 1000 gay di Banda Aceh, dan 300 orang di Lhokseumawe.
“Di Banda Aceh, penelitian ini masuk melalui kasus penularan penyakit seksual yaitu saat mendampingi para penderita sebagai pintu masuk melakukan pendataan. Selain itu, juga ada testimoni dari kalangan gay yang mengaku sampai pukul 04:00 masih melakukan hubungan intim,” kata Khaidir.
Penelitian di Lhokseumawe dilakukan melalui staf mereka dari kalangan gay sebagai pintu masuk untuk penelitian. Maraknya kelompok gay di Lhokseumawe dipengaruhi kurangnya perhatian orang tua, kondisi keluarga yang broken home.
“Karena sudah tidak ada perhatian orang tua, mereka mendapatkan jati diri yang salah dan belajar ilmu seks atas kehendak pribadi, seperti melihat dari internet, majalah, sehingga tersesat dan usia 13 tahun sangat rentan perubahan,” tutur Khaidir. (WOL)
Direktur YPAP, Khaidir, mengatakan kelompok tersebut mulai marak sejak tahun 2005. Kalangan gay bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan pihaknya pernah menemukan dari kalangan pelajar SLTP dan SLTA.
“Penelitian kami menemukan sebanyak 15 persen pelajar SMP dan 25 persen dari pelajar SMA suka terhadap sesama lelaki. Di Lhokseumawe ini, lebih banyak gay daripada wanita pekerja seks komersial,” ujarnya Khaidir, Sabtu (27/2).
Penelitian dilakukan dengan metode survei 14 sekolah SMA dengan menyebar kuesioner melalui pertanyaan yang menjerat tentang kecenderungan perilaku gay. Sedangkan di SMP penelitian dilakukan melalui guru-guru Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilatih, yang kemudian memantau perilaku di murid-murid di 10 sekolah.
Untuk masyarakat umum, sejak tiga tahun lalu penelitian menemukan sebanyak 1000 gay di Banda Aceh, dan 300 orang di Lhokseumawe.
“Di Banda Aceh, penelitian ini masuk melalui kasus penularan penyakit seksual yaitu saat mendampingi para penderita sebagai pintu masuk melakukan pendataan. Selain itu, juga ada testimoni dari kalangan gay yang mengaku sampai pukul 04:00 masih melakukan hubungan intim,” kata Khaidir.
Penelitian di Lhokseumawe dilakukan melalui staf mereka dari kalangan gay sebagai pintu masuk untuk penelitian. Maraknya kelompok gay di Lhokseumawe dipengaruhi kurangnya perhatian orang tua, kondisi keluarga yang broken home.
“Karena sudah tidak ada perhatian orang tua, mereka mendapatkan jati diri yang salah dan belajar ilmu seks atas kehendak pribadi, seperti melihat dari internet, majalah, sehingga tersesat dan usia 13 tahun sangat rentan perubahan,” tutur Khaidir. (WOL)
loading...
Post a Comment